PENGUASA kelompok bersenjata Palestina Hamas di Gaza secara mendadak pada Sabtu (7/10/2023), menggempur Israel dari berbagai penjuru, baik udara, darat maupun laut. Jutaan warga Israel di bagian selatan negara itu terbangun karena suara roket dan dentuman yang tak terhindarkan. Sirene serangan udara meraung-raung hingga ke utara hingga Tel Aviv. Alat pencegat anti-roket Israel bergemuruh di Yerusalem.
Dalam eskalasi konflik yang belum pernah terjadi sebelumnya, pasukan bersenjata Hamas meledakkan bagian dari pagar pemisah Israel yang dijaga ketat. Mereka menyerbu warga Israel di sepanjang perbatasan Gaza, meneror penduduk dan terlibat baku tembak dengan tentara Israel.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan sekutu sayap kanannya berusaha keras untuk merespons peristiwa yang berubah dengan cepat itu. Jumlah korban dengan cepat bertambah.
Hingga Senin, (9/10/2023) lebih dari 1.100 orang tewas dalam serangan Hamas dan pembalasan Israel.
Berikut adalah beberapa hal penting dalam serangan Hamas yang tiba-tiba menjerumuskan Israel dan Gaza ke dalam pertempuran, sebagaimana dilansir dari VOA Indonesia:
1. Apakah Intelijen Israel Mengendus Penyerangan Sebelumnya?
Kejutan yang dirasakan warga Israel pada Sabtu pagi – pada perayaan Simchat Torah, salah satu hari paling menggembirakan dalam kalender Yahudi – mengingatkan kembali kejutan perang Timur Tengah 1973. Lima dekade sebelumnya, serangan besar-besaran Mesir-Suriah yang dilakukan pada hari raya Yahudi dengan cepat berubah menjadi bencana bagi militer Israel yang saat itu tidak bersiaga.
Dulu, seperti sekarang, Israel berasumsi bahwa badan intelijennya akan mampu memberi bocoran kepada tentaranya tentang adanya potensi serangan atau invasi besar jauh sebelumnya. Kegagalan besar tersebut masih menghantui warisan Perdana Menteri saat itu, Golda Meir, dan mendorong runtuhnya kekuasaan lama Partai Buruh yang dulunya dominan.