JAKARTA - Sosok Calon Presiden Ganjar Pranowo dikenal oleh banyak orang. Mantan Gubernur Jawa Tengah dua periode tersebut dikenal oleh satu Indonesia. Hal ini dikarenakan Ganjar merupakan sosok yang inspiratif.
Ganjar bukanlah berasal dari keluarga kaya untuk dapat menduduki kursi Gubernur Jawa Tengah waktu itu, dikarenakan Indonesia memerlukan orang yang cerdas, bukan orang kaya yang tidak memiliki ilmu.
Ganjar Pranowo dilahirkan di Karanganyar, Jawa Tengah pada 28 Oktober 1968 di lereng Gunung Lawu. Pemilik nama asli Ganjar Sungkowo ini sudah meminati jurusan hukum, yang dimana dari hal tersebut membawa Ganjar muda untuk terjun masuk kedalam dunia hukum. Putra dari pasangan suami istri Parmudji Pramudi Wiryo dan Sri Suparni merupakan anak kelima dari enam bersaudara.
Ganjar menempuh Pendidikan di Universitas Gadjah Mada (UGM). Pria berambut putih itu mempunyai histori sebagai mahasiswa yang tidak bisa berdiam diri. Dia bukanlah tipikal orang yang mudah puas dengan hanya mengikuti program perkuliahan biasa saja.
Ganjar diketahui ikut tergabung dalam organisasi kampus dan aktif disana. Pria berumur 54 tahun itu ikut tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dan Mapagama (Mahasiswa Pecinta Alam Gadjah Mada).
Jiwa kepemimpinan Ganjar terasah dengan baik ketika berada di dalam organisasi. Ganjar muda mengisi masa mudanya di perkuliahan dengan ikut aktif dalam organisasi.
Meskipun begitu, perjalanan perkuliahan Ganjar tidak semulus dengan rencana yang ia pikirkan. Hal itu dikarenakan Ganjar terpaksa berhenti atau cuti kuliah selama empat semester.
“Jadi ditengah kami kuliah ada bisa kendala klasik yaitu tidak punya uang. Keluarga kami tidak terlalu kaya sehingga beberapa kali ada hambatan berkuliah karena ga bisa bayar SPP, saya ingat betul waktu itu empat semester,” tutur Ganjar.
Keadaan tersebut tidak membuat Ganjar menyerah akan keadaannya. Dia terus berusaha dengan keras untuk mencari jalan keluar agar bisa lulus dari UGM.
Setelah berhasil lulus, Ganjar memiliki kecakapan diri dalam melibatkan dirinya dalam politik. Dia mulai masuk kedalam partai politik yang mempunyai kedekatan ideologi dengan GMNI, yaitu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).