Beberapa negara Arab masih memiliki kamp untuk pengungsi Palestina yang merupakan keturunan dari mereka yang melarikan diri atau meninggalkan rumah mereka selama perang seputar pembentukan negara Israel pada 1948. Palestina dan negara-negara Arab lainnya mengatakan kesepakatan perdamaian akhir harus mencakup hak para pengungsi untuk kembali, sebuah langkah yang selalu ditolak Israel.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan pada Rabu bahwa pasokan penting untuk menyelamatkan nyawa, termasuk bahan bakar, makanan dan air, harus diizinkan masuk ke Gaza.
“Kami membutuhkan akses kemanusiaan yang cepat dan tanpa hambatan sekarang,” katanya kepada wartawan, sambil berterima kasih kepada Mesir “atas keterlibatan konstruktifnya dalam memfasilitasi akses kemanusiaan melalui penyeberangan Rafah dan membuat bandara El Arish tersedia untuk bantuan penting.”
Juru Bicara PBB Stephane Dujarric kemudian mengatakan: "Warga sipil perlu dilindungi. Kami tidak ingin melihat eksodus massal warga Gaza."
Mesir telah mengintensifkan upayanya untuk mengendalikan situasi di Gaza, kata Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi kepada Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani dalam pertemuan di Kairo, kata sebuah pernyataan dari kantor Sisi.
Menurut sumber keamanan Mesir, pembicaraan antara Mesir dan Amerika Serikat, Qatar dan Turki membahas gagasan pengiriman bantuan kemanusiaan melalui penyeberangan Rafah antara Gaza dan Semenanjung Sinai Mesir di bawah gencatan senjata yang terbatas secara geografis.