“Saya telah pergi ke banyak tempat dan melihat kengerian dan penembakan. Bukan tingkat kegilaan seperti ini,” kata jurnalis foto lokal berusia 36 tahun Attia Darwish ketika dia menyaksikan orang-orang yang terluka masuk ke rumah sakit.
Di antara mereka yang tewas dalam serangan di kamp pengungsi Shati adalah Yasser al-Masri, yang jenazahnya tiba bersama istri dan bayi perempuannya. Petugas medis menyebarkan foto al-Masri dan putrinya, berlumuran darah di dalam kantong jenazah yang sama.
Petugas medis tersebut mengunggahnya di Facebook dengan caption saya hanya memiliki waktu beberapa jam sebelum telepon saya mati karena tidak ada sumber listrik disana, dan tidak ada cahaya di malam hari kecuali bulan, saya meminta maaf dan saya memaafkan kalian semua.
Satu-satunya pembangkit listrik di Gaza kehabisan bahan bakar pada hari Rabu. Shifa dan rumah sakit lain berusaha mati-matian untuk menghemat bahan bakar diesel yang tersisa di generator cadangan mereka, mematikan lampu di semua departemen rumah sakit kecuali ruang perawatan intensif, ruang operasi, dan stasiun oksigen.
Abu Selima, direktur Shifa, mengatakan bahan bakar rumah sakit terakhir akan habis dalam tiga atau empat hari.
Ketika hal ini terjadi, “bencana akan terjadi dalam waktu lima menit,” kata Naser Bolbol, kepala departemen neonatal di rumah sakit tersebut, mengutip semua peralatan oksigen yang menjaga bayi tetap hidup.
Otoritas rumah sakit mengatakan tidak akan ada lagi listrik yang tersisa untuk mendinginkan korban meninggal.
(Susi Susanti)