Sumber keamanan Israel mengatakan bahwa aliran dana Iran untuk sayap militer Hamas semakin deras, dari USD100 juta menjadi sekira USD350 juta atau setara Rp5,5 triliun rupiah per tahun sejak tahun lalu.
Pendiri Hamas Syeikh Yassin
Gagasan berdirinya organisasi Hamas – yang berarti semangat dalam bahasa Arab – mulai terbentuk pada 10 Desember 1987. Saat itu beberapa anggota Ikhwanul Muslimin berkumpul sehari setelah insiden sebuah truk tentara Israel menabrak sebuah mobil yang membawa empat pekerja harian Palestina dan menewaskan semuanya. Aksi tersebut memicu protes, termasuk di antaranya pelemparan batu, pemogokan, dan penutupan di Gaza.
Bertemu di rumah Syekh Ahmed Yassin, seorang ulama Muslim, mereka memutuskan untuk mengeluarkan selebaran pada 14 Desember yang menyerukan perlawanan ketika Intifada Pertama, atau pemberontakan, melawan Israel meletus. Seruan tersebut adalah aksi publik pertama grup tersebut.
Setelah Israel menarik diri dari Gaza pada 2005, Hamas mulai mengimpor roket, bahan peledak dan peralatan lainnya dari Iran, kata sumber intelijen Barat. Peralatan militer tersebut dikirim melalui Sudan, diangkut dengan truk melintasi Mesir dan diselundupkan ke Gaza melalui labirin terowongan sempit di bawah Semenanjung Sinai, tambah mereka.
Aliran senjata, pelatihan dan dana juga mengalir dari Iran ke sekutu paramiliter regional lainnya, yang pada akhirnya memberikan pengaruh besar bagi Teheran di Lebanon, Suriah, Irak, Yaman dan Gaza.