Dagestan adalah republik Rusia yang mayoritas penduduknya beragama Islam di Kaukasus Utara, rumah bagi sekitar 3,1 juta orang di tepi barat Laut Kaspia. Pemerintahnya mengatakan kasus pidana telah dibuka karena kekacauan sipil.
Rabi kota Derbent di Dagestan, Ovadia Isakov, mengatakan kepada media lokal bahwa masa depan sekitar 300-400 keluarga Yahudi di Dagestan diragukan. Orang-orang Yahudi telah hadir di wilayah tersebut sejak zaman pra-Islam.
Kantor perdana menteri Israel mengatakan Rusia harus bertindak tegas melawan hasutan kekerasan terhadap orang Yahudi dan Israel.
Juru bicara kepresidenan Amerika Serikat (AS), Adrienne Watson, mengatakan dalam sebuah tweet bahwa "AS mengutuk keras protes antisemit di Dagestan".
"AS dengan tegas mendukung seluruh komunitas Yahudi ketika kita menyaksikan lonjakan antisemitisme di seluruh dunia. Tidak pernah ada alasan atau pembenaran untuk antisemitisme," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih.
Pemerintah Dagestan menyuarakan dukungannya terhadap Gaza, namun mengimbau warganya untuk tetap tenang dan tidak mengambil bagian dalam protes semacam itu. Ada protes luas secara internasional terhadap pemboman Israel di Gaza.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menyalahkan kerusuhan tersebut karena "campur tangan luar" dari "para simpatisan". Dia tidak memberikan bukti atas klaimnya.
Gubernur Dagestan, Sergei Melikov, mengecam invasi massa di bandara tersebut, dalam sebuah postingan di layanan pesan Telegram.
"Tidak ada kehormatan untuk melecehkan orang asing, menggeledah saku mereka untuk mencari paspor!,” tulisnya.
Dia mengutuk serangan terhadap perempuan yang memiliki anak.