NEW YORK - Serangan yang terjadi pada 11 September di Amerika Serikat (AS) oleh para ekstremis Muslim memiliki konsekuensi yang aneh. Banyak dari orang Amerika yang diperkenalkan dengan Islam untuk pertama kalinya dan memilih untuk memeluk agama Islam.
Serangan 11 September, yang juga disebut serangan 9/11, merupakan serangkaian pembajakan pesawat dan serangan bunuh diri yang dilakukan pada 2001 oleh 19 militan dengan kelompok ekstremis Islam al-Qaeda terhadap berbagai target di AS. Serangan tersebut merupakan serangan paling mematikan di tanah Amerika dalam sejarah AS yang menyebabkan kematian dan kehancuran. Sekitar 2.750 orang terbunuh di New York, 184 orang di Pentagon dan 40 orang di Pennsylvania.
Dari peristiwa tersebut, antara tahun 2000-2010 umat Islam di AS tumbuh menjadi 2,6 juta atau meningkat sebanyak 67%, dan menjadikannya agama dengan pertumbuhan tercepat di AS, menurut Sensus Agama AS yang dilakukan oleh lembaga non pemerintah, dilansir dari CGTN America.
Pada tahun 2017, jumlah orang yang memeluk agama Islam di AS diperkirakan bertambah mencapai 3,45 juta jiwa.
Satu dari jutaan orang yang menjadi mualaf setelah peristiwa 11 September, Cynthia Cox Ubaldo, seorang aktivis Ohio dan Delegasi Konvensi Nasional Partai Demokrat mengatakan bahwa ia tertarik terhadap Islam saat ia sedang meneliti serangan teroris yang dilakukan oleh para ekstremis Muslim. Ia belajar banyak tentang prinsip-prinsip agama, dan ia menyadari bahwa hal itu berlawanan dengan apa yang dipercayai oleh para teroris dalam serangan 11 September.
Setelah pindah agama, Ubaldo menghadapi beberapa kasus diskriminasi dan bahkan penyerangan karena keyakinan dan cara berpakaiannya.
Menurut survei, pada tahun 2019 seseorang yang beragama Islam sering mendapatkan diskriminasi, dan 82% mengatakan bahwa muslim menghadapi diskriminasi.
Tidak hanya itu, Associate Professor Ihsan Bagby dari University of Kentucky juga mengatakan bahwa diskriminasi yang diterima oleh kelompok Muslim justru membangun ketahanan di kalangan Muslim.
(Susi Susanti)