MALAYSIA - Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim pada Selasa (7/11/2023) menegaskan Malaysia akan menjaga hubungan dengan Hamas dan tidak akan menghukum kelompok tersebut sebagai organisasi teroris.
Komentar tersebut merupakan jawaban atas pertanyaan seorang anggota parlemen mengenai apakah Malaysia berisiko terkena dampak ekonomi mengingat seruan di Amerika Serikat (AS), termasuk rancangan undang-undang, untuk menekan pendukung asing kelompok Hamas setelah serangan mereka terhadap Israel pada 7 Oktober lalu.
“Saya tidak akan menerima ancaman apa pun,” terangnya, mengacu pada Undang-Undang Pencegahan Pembiayaan Internasional Hamas, yang disahkan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada pekan lalu namun masih memerlukan persetujuan di Senat.
“Tindakan ini bersifat sepihak dan tidak sah, karena kami sebagai anggota PBB hanya mengakui keputusan Dewan Keamanan PBB,” imbuhnya, dikutip CNN.
Anwar, yang secara pribadi memperjuangkan perjuangan Palestina sejak menjadi pemimpin protes mahasiswa pada akhir 1960an, telah melawan tekanan untuk menjauhkan negaranya dari Hamas dan menggambarkan sikap pemerintahnya sebagai bagian dari kampanye yang lebih luas untuk mendukung rakyat Palestina.
“Palestina dijajah melalui apartheid, pembersihan etnis, dan sekarang genosida,” kata Anwar dalam sidang parlemen Selasa (7/11/2023).
“Apa pun yang terjadi adalah hak dan perjuangan sah rakyat Palestina,” lanjutnya.
“Semua partai dan masyarakat harus menunjukkan solidaritas dalam isu Palestina, bukan memanfaatkannya untuk politik,” tambahnya.
Malaysia yang mayoritas penduduknya Muslim, dan negara tetangga Indonesia, seperti banyak negara Timur Tengah lainnya, telah menjadi pendukung vokal perjuangan Palestina selama beberapa dekade.
Mereka telah lama menyatakan tidak akan mengakui Israel secara diplomatis sampai solusi dua negara yang sejati tercapai dan memberikan Palestina negara mereka sendiri.
Tokoh-tokoh terkemuka Hamas – yang ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh AS, Uni Eropa dan Israel – sebelumnya telah melakukan perjalanan ke Malaysia dan bertemu dengan pejabat pemerintah.
Seperti diketahui, pada 22 Oktober lalu, ribuan warga Malaysia mengibarkan bendera Palestina dan membawa spanduk yang menyerukan perdamaian berkumpul di ibu kota Kuala Lumpur untuk menyatakan solidaritas terhadap warga Palestina. Dua hari kemudian, dalam unjuk rasa pro-Palestina di stadion nasional Malaysia, Anwar mengatakan dia menolak tekanan negara-negara Barat untuk mengutuk Hamas.
“Malaysia adalah negara yang sangat mandiri. Kami memutuskan apa yang benar,” katanya di atas panggung pada rapat umum tersebut. “Kami ingin orang-orang Arab, Palestina, dan warga Gaza diperlakukan sebagai manusia. Tidak lebih, tidak kurang,” lanjutnya.
(Susi Susanti)