Banjir dan Tanah Longsor Melanda Tanzania Tewaskan 63 Orang, Presiden Langsung Pulang dari KTT Iklim COP28

Susi Susanti, Jurnalis
Selasa 05 Desember 2023 10:31 WIB
Banjir dan tanah longsor melanda Tanzania tewaskan 63 orang (Foto: BBC)
Share :

TANZANIA - Korban tewas akibat banjir dan tanah longsor di Tanzania utara telah meningkat menjadi 63 orang.

Untuk mengatasi masalah ini, Presiden Samia Suluhu Hassan langsung memangkas waktu kehadirannya di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) iklim COP28 di Dubai.

Rumah, infrastruktur, dan lahan pertanian juga rusak. Banjir besar melanda negara-negara di Afrika Timur, salah satu penyebabnya adalah fenomena cuaca El Nino.

Pemerintah Tanzania mengatakan 400 pekerja penyelamat telah dikirim ke distrik Hanang utara.

Juru bicara Presiden, Zuhura Yunus, dalam pernyataan yang dirilis pada Senin (4/12/2023), mengatakan tim penyelamat beroperasi dalam kondisi yang sulit, seperti telekomunikasi yang rusak dan jalan yang diblokir dan rusak.

“Presiden Samia, yang berada di Dubai untuk menghadiri Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim (COP28) telah memutuskan untuk mempersingkat perjalanannya dan tiba di negara tersebut sesegera mungkin untuk menangani bencana ini,” terangnya.

Presiden Samia termasuk di antara puluhan pemimpin dunia yang berkumpul di pertemuan puncak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk membahas penanggulangan perubahan iklim.

COP28 dimulai pada 30 November lalu dan akan berlangsung hingga 12 Desember.

Presiden telah memerintahkan pemerintahnya untuk membiayai pemakaman mereka yang tewas akibat banjir dan tanah longsor. Dia juga telah mengarahkan pemerintah untuk menanggung biaya rumah sakit bagi mereka yang terluka dan perumahan sementara bagi mereka yang rumahnya “hanyut”.

"Kami memiliki tim dokter dan petugas medis yang dikerahkan. Layanannya jauh lebih baik dan banyak pasien mengalami kemajuan yang baik,” terang Dr Godwin Mollel, Wakil Menteri Kesehatan Tanzania.

Sementara itu, Fanuel John, ayah empat anak dari sebuah desa bernama Gendabi, sedang mencari istri dan anak-anaknya yang hilang.

Dia pernah mendengar suara air mengalir ketika dia keluar, yang dia sebut adalah "suara gemuruh jurang". Saat memalingkan kepalanya, dia melihat air mengalir deras ke arahnya.

"Saya segera menyuruh istri dan anak-anak saya untuk segera keluar, dan kami memanjat salah satu pohon besar," katanya kepada BBC. “Saat kami memanjat pohon itu, saya menyadari bahwa banjir sedang mendekat,” lanjutnya.

“Saya kaget melihat semua pohon tumbang. Berbagai jenis pohon tumbang. Saya mengimbau keluarga saya untuk berdoa,” tambahnya.

Kemudian, air yang mencapai sekitar enam kaki (1,8 m) mengelilingi keluarga tersebut.

“Kami terpisah, dan itulah terakhir kali saya melihat mereka,” katanya.

Korban selamat lainnya, Samuel Mtinda, mendengar "suara seperti suara mobil lewat" dan melihat ke luar.

“Saya melihat rumah kami dan rumah tetangga terendam air dan batu,” ujarnya.

“Saya menyuruh istri dan anak-anak saya lari ke halaman sekolah. Kami terus berlari sampai menemukan tempat yang aman,” lanjutnya.

Banjir dikatakan sebagai bencana alam terbesar di Tanzania, yang berdampak pada puluhan ribu orang setiap tahunnya.

Bulan lalu, curah hujan yang lebih tinggi dari biasanya mengakibatkan kematian dan kerusakan properti di kota utama, Dar es Salaam, dan beberapa daerah lainnya.

Tanaman pangan di beberapa bagian negara telah tersapu air, sehingga mempengaruhi mata pencaharian masyarakat.

Badan meteorologi Tanzania telah memperingatkan bahwa hujan akan terus berlanjut pada bulan ini.

(Susi Susanti)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya