Sejarah dan Asal Usul Rawabuaya: Kawasan Rawa Berair Tempat Berkumpulnya Buaya

Winda Rahmadita, Jurnalis
Jum'at 08 Desember 2023 14:35 WIB
Kawasan Rawabuaya, Cengkareng, Jakbar (Foto: dok Okezone)
Share :

JAKARTA - Rawabuaya, sebuah kelurahan di Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat, memiliki sejarah dan asal usul menarik yang mungkin belum banyak diketahui.

Dulunya, Rawabuaya merupakan kawasan rawa-rawa yang berair sehingga banyak masyarakat yang mempercayai bahwa daerah Rawabuaya menjadi tempat berkumpulnya para buaya.

Lalu, bagaimana dengan kebenaran cerita tersebut? Inilah sejarah dan asal usul Rawa Buaya dengan kisah memikat dan mengundang penasaran yang akan diulas pada artikel ini.

Sejarah dan Asal Usul Rawabuaya

Berdasarkan buku karya Rachmat Ruchiat berjudul Asal-Usul Nama Tempat di Jakarta, nama Rawa Buaya berasal dari kata rawa yang merujuk pada lokasi kawasan tersebut yang merupakan rawa-rawa penuh air, dan kata buaya yang dipercayai bahwa daerah tersebut merupakan tempat berkumpulnya banyak buaya.

Diyakini bahwa sejarah Rawa Buaya bermula pada masa Hindia Belanda, ketika Jakarta masih dikenal sebagai Batavia, di mana wilayah tersebut merupakan tanah yang dibuka setelah pembangunan Kali Mookervart yang selesai pada tahun 1689.

Pada masa itu, Kali Mookervart yang terletak di sepanjang sisi Jalan Raya Daan Mogot tersebut akan meluap menjadi banjir ketika hujan turun, sehingga buaya-buaya yang berada di kali turut keluar ke wilayah permukiman.

Para penduduk pun bergotong-royong melakukan penangkapan para buaya yang tertutup lumpur bebanjiran. Hal itulah yang menjadikan kawasan rawa penuh buaya tersebut dinamakan sebagai Rawa Buaya

Kisah tersebut semakin diperkuat dengan kebijakan Staatblad Nomor 84 Tahun 1862 yang berisi upaya untuk pemusnahan harimau dan buaya di wilayah Rawa Buaya pada masa Hindia Belanda.

Bahkan, pemerintah memberikan insentif bagi siapa pun yang berhasil menangkap harimau belang kuning dengan 30 gulden, buaya dengan panjang tiga meter atau lebih dengan tiga gulden, dan buaya kecil dengan satu gulden.

Undang-Undang tersebut membuat berbagai penduduk, terutama rakyat yang tidak memiliki pekerjaan beralih menjadi pemburu buaya dan harimau. Diperkirakan bahwa beberapa tahun setelah pemberlakuan undang-undang tersebut, buaya di Rawa Buaya dan sepanjang Sungai Angke turut musnah.

Tak hanya itu, Rawa Buaya juga memiliki asal usul lainnya berdasarkan cerita sejarah yang disampaikan oleh Ridwan Saidi, budayawan Betawi, yang mengatakan bahwa Rawa Buaya merupakan nama suatu kampung di Pulau Luzon, Filipina, yang merupakan pulau terbesar di negara tersebut.

Konon katanya, imigran dari Filipina membanjiri Nusantara, termasuk Jakarta, pada akhir abad ke-5. Para imigran yang menetap tersebut pun berbaur dengan para penduduk di sana. Sejak saat itu, daerah tersebut diberi nama Marsh Buwaya dari bahasa Filipina yang berarti Rawa Buaya.

Catatan sejarah lain juga mengungkapkan bahwa Rawa Buaya merupakan daerah yang ditempati seorang tokoh agama terkemuka bernama Usman Perak. Usman Perak menjadi tokoh yang dihormati karena pengetahuannya dalam bidang agama yang begitu luas dan gemar mengajarkan penduduk di sana untuk mengaji.

Setelah menggali asal usul dan sejarah mendalam dari Rawa Buaya, Anda menjadi tahu bahwa daerah ini menjadi tuan rumah bagi cerita-cerita lama penuh keunikan yang membentuk identitas wilayah ini.

(Fakhrizal Fakhri )

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya