Seorang saksi mata di ibu kota mengatakan kepada BBC bahwa separuh langit di arah kota "menyala merah" akibat letusan, dan asap terlihat mengepul ke udara.
Pada Selasa (19/12/2023), turis Inggris Amrit dan Peter, pasangan suami istri berusia 20-an, mengambil foto selfie dengan latar belakang lahar oranye terang.
"Kami tidak takut sama sekali, pihak berwenang Islandia menangani hal ini dengan baik dan terus memberi kami informasi. Kami merasa benar-benar aman,” terang Peter kepada BBC.
Sebelumnya, pada 2010, letusan gunung berapi menyebabkan gumpalan abu naik beberapa kilometer ke atmosfer, menyebabkan gangguan perjalanan udara selama beberapa hari di Eropa.
Ahli vulkanologi Dr Evgenia Ilyinskaya mengatakan kepada BBC bahwa tingkat gangguan yang terjadi tidak akan sama seperti tahun 2010, karena gunung berapi di barat daya Islandia secara fisik tidak mampu menghasilkan awan abu yang sama.
Berbicara dari Islandia, Dr Ilyinskaya, profesor vulkanologi di Universitas Leeds, mengatakan masyarakat setempat “takut sekaligus menunggu” gunung berapi tersebut meletus.
Dia menambahkan bahwa pihak berwenang sedang mempersiapkan potensi aliran lahar yang dapat menghancurkan rumah dan infrastruktur, termasuk Blue Lagoon, tujuan wisata populer.
“Saat ini tampaknya tidak ada ancaman, meski masih harus dilihat,” katanya.
Kantor Meteorologi Islandia mengatakan pada pukul 12:30 GMT pada hari Selasa bahwa kekuatan letusan telah berkurang, namun gas dari gunung berapi tersebut masih dapat mencapai Reykjavik.
Aoalheiour Halldorsdottir, yang tinggal di Sandgeroi – sekitar 20 km dari Grindavik – mengatakan dia melihat letusan dari rumahnya.