KAIRO/GAZA/YERUSALEM - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah bersumpah untuk terus berperang di Gaza sampai Hamas dihancurkan, menentang seruan global untuk melakukan gencatan senjata di tengah kekhawatiran bahwa konflik tersebut dapat menyebar jika Amerika Serikat (AS) dan pasukan yang bersekutu dengan Iran kembali saling menyerang satu sama lain.
Netanyahu, yang mengunjungi pasukan Israel di Gaza utara pada Senin, (25/12/2023) mengatakan kepada anggota parlemen dari Partai Likud bahwa perang masih jauh dari selesai dan menolak apa yang ia sebut sebagai spekulasi media bahwa pemerintahnya mungkin akan menghentikan pertempuran tersebut.
Dia mengatakan Israel tidak akan berhasil membebaskan sisa sandera yang ditahan oleh Hamas tanpa menerapkan tekanan militer.
"Kami tidak akan berhenti. Perang akan terus berlanjut hingga akhir, hingga kami menyelesaikannya, tidak kurang dari itu," kata Netanyahu sebagaimana dilansir Reuters.
Dalam sebuah opini di Wall Street Journal pada Senin, Netanyahu menegaskan kembali tiga prasyarat perdamaian: Hamas harus dihancurkan, Gaza harus didemiliterisasi, dan masyarakat Palestina harus dideradikalisasi.
Sebagai pembalasan terhadap Hamas atas serangan lintas batas yang mematikan pada 7 Oktober, Israel mendapat tekanan dari sekutu terdekatnya, Amerika Serikat, untuk mengalihkan operasi di Gaza ke fase intensitas yang lebih rendah dan mengurangi kematian warga sipil.
Hampir 20.700 warga Gaza telah terbunuh, termasuk 250 orang dalam 24 jam terakhir, menurut pihak berwenang di Gaza yang dikuasai Hamas.
Pasukan AS diserang oleh militan yang didukung Iran di Irak dan Suriah karena dukungan Washington terhadap Israel dalam perang melawan Hamas di Jalur Gaza.