GAZA – Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan pihaknya menyesali kerugian yang ditimbulkan terhadap warga sipil yang tidak terlibat akibat serangan udara di Maghazi, Gaza, pada Minggu (24/12/2023) yang menewaskan sedikitnya 70 orang, menurut kementerian kesehatan Gaza.
Pernyataan IDF mengatakan jet tempur telah menyerang dua sasaran yang berdekatan dengan lokasi operasi Hamas.
Di Israel, ribuan remaja mengambil bagian dalam demonstrasi menuntut kesepakatan baru untuk mengembalikan lebih dari 100 sandera yang masih ditahan oleh Hamas dan kelompok bersenjata lainnya di Gaza. Banyak dari demonstran berasal dari komunitas yang paling terkena dampak serangan 7 Oktober.
“Saya dari Kibbutz Kfar Aza,” kata Shiri Khiyali, warga Maghazi kepada BBC.
"Saya berada di sana pada tanggal 7 Oktober. Orang-orang saya diculik. Kami ingin mereka kembali. Kami ingin mereka kembali sekarang,” lanjutnya.
Negosiasi dilaporkan sedang berlangsung mengenai kesepakatan lain yang bisa membuat lebih banyak sandera dibebaskan selama jeda sementara pertempuran, setelah pada bulan lalu 105 sandera dibebaskan. Namun Hamas secara terbuka menegaskan pihaknya hanya akan membahas gencatan senjata penuh.
Secara terpisah, ada seruan baru dari kepala hak asasi manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Volker Türk yang mendesak Israel untuk menghentikan apa yang disebutnya pembunuhan “di luar hukum” di Tepi Barat yang diduduki.
Sebuah laporan menyebutkan PBB telah memverifikasi pembunuhan 300 warga Palestina oleh pasukan Israel dan pemukim di Tepi Barat sejak 7 Oktober.
Juru bicara Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menolak laporan tersebut dan menyebutnya sebagai laporan yang konyol. Juru bicara itu juga menegaskan bahwa laporan tersebut meremehkan ancaman keamanan besar terhadap Israel.
(Susi Susanti)