Penyerang kemudian terjatuh ke tanah dan ditahan oleh beberapa orang.
Foto-foto menunjukkan Lee terbaring di lantai dengan mata tertutup dan saputangan menempel di lehernya. Sejumlah kecil darah terlihat di beberapa foto.
Menurut kantor kepresidenan, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol menyatakan keprihatinan mendalam atas keselamatan Lee setelah serangan itu.
Yoon menekankan kekerasan semacam itu tidak boleh ditoleransi dalam keadaan apa pun dan memerintahkan polisi untuk segera menyelidikinya.
Pemimpin Partai Demokrat Hong menyerukan anggota partai untuk tetap tenang dan menahan diri untuk tidak membuat interpretasi politik atas insiden tersebut.
Di luar Rumah Sakit Universitas Nasional Seoul, sekelompok kecil orang berkumpul di tengah kehadiran banyak polisi pada Selasa (2/1/2024) sore ketika ambulans yang membawa Lee tiba. Salah satu pendukung berteriak: “Lee Jae-myung, kuatlah!”
Dalam sebuah pernyataan, badan kepolisian nasional Korea Selatan berjanji untuk memperkuat perlindungan pribadi bagi “personel penting” untuk mencegah kasus serupa terjadi.
Politik Korea Selatan telah terpecah oleh polarisasi mendalam antara kubu konservatif dan liberal, terutama dalam beberapa tahun terakhir ketika mantan Presiden Park Geun-hye dipenjara atas tuduhan penyalahgunaan kekuasaan dan penyuapan sebelum diampuni dan dibebaskan pada t2021.
Lee, 59, mantan gubernur provinsi yang liberal, kalah tipis dari Yoon dari Partai Kekuatan Rakyat yang konservatif dalam pemilihan presiden pada Maret 2022.
Lee menjadi pemimpin Partai Demokrat lima bulan kemudian dan sedang mempersiapkan partainya untuk pemilihan parlemen pada April mendatang
Korea Selatan telah menyaksikan sejumlah insiden kekerasan politik tingkat tinggi di masa lalu.
Pendahulu Lee di Partai Demokrat, Song Young-gil, diserang di kepala dengan palu oleh seorang pria selama acara kampanye pencalonan Lee sebagai presiden pada 2022.
Park, mantan Presiden, diserang dengan pisau pada rapat umum partai di Seoul pada tahun 2006 ketika ia menjabat sebagai ketua partai oposisi utama negara tersebut pada saat itu, Partai Nasional Agung (Grand National Party). Dia menderita luka sepanjang empat inci di wajahnya yang memerlukan 60 jahitan dan membuatnya tidak bisa berbicara normal selama berminggu-minggu.
Dan pada 2015, Mark Lippert, yang saat itu menjadi duta besar AS untuk Korea Selatan, ditikam di wajahnya oleh seorang penyerang di sebuah acara politik yang akan menjadi pembicaranya. Duta Besar mengalami luka sepanjang 4 inci dari tulang pipi kanan hingga rahang bawah yang memerlukan 80 jahitan. Penyerangnya kemudian dijatuhi hukuman 12 tahun penjara.
(Susi Susanti)