Kejadian tersebut memberikan 'dorongan' untuk mencapai tujuan. Melansir CNA.com, dibanding ia mengkritik pemerintahan dalam kliniknya, ia memilih untuk keluar dan mengikuti para pendahulu gerakan demokrasi.
Lai sering mendapat pertanyaan, apa niat awal menjadi politisi. Jawaban yang dilontarkannya sangat sederhana; mengabdi kepada masyarakat, berkontribusi untuk negara, dan berbuat sesuatu terhadap tanah airnya.
Pada 27 November 2010, Lai mencalonkan diri sebagai calon DPP untuk pemilihan walikota dan mengalahkan kandidat dari Kuomintang. Lai mulai menjabat sebagai walikota pada 25 Desember 2010.
Dengan usianya yang relatif muda, dan memiliki kharisma yang kuat pada pemilihan walikota, serta memiliki kendali atas kota pusat DPP Tainan, Lai dianggap sebagai kandidat presiden pada 2016.
Pada 29 November 2014, Lai kembali mencalonkan diri dan melawan Huang Hsiu-shuang. Berbeda dengan lawannya, Lai justri tidak banyak merencanakan kegiatan kampanye, dan memilih fokus akan tugasnya sebagai walikota. Akhirnya ia memenangkan pemilu.