ROHANA Kudus merupakan perintis atau pelopor jurnalis perempuan pertama yang juga penggerak emansipasi kaum hawa. Rohana lahir di Koto Gadang, 20 Desember 1884 dari pasangan Kiam dan Mohammad Rasjad Maharadja Soetan. Rohana merupakan kakak tiri Sutan Sjahrir, sekaligus sepupu H Agus Salim dan bibi dari penyair legendaris Chairil Anwar.
“Rohana Kudus, wartawati profesional pertama di Indonesia. Penggerak emansipasi wanita yang gigih dan sering dinilai lebih pantas mendapatkana gelar pahlawan daripada Kartini,” tulis Hasan Aspahani dalam bukunya ‘Chairil’.
Rohana jadi kakak tiri Sutan Sjahrir karena anak Kiam, istri pertama Mohammad RM Sutan. Setelah Kiam tiada, Mohammad Sutan menikahi Siti Rabiah yang lantas melahirkan Sjahrir. Rohana dan Sjahrir sama-sama anak pertama beda ibu dari ayah kandung Mohammad RM Sutan.
Mohammad RM Sutan sendiri awalnya juga seorang jurnalis yang keluarganya juga dekat dengan Jaksa Alahan Panjang. Berangkat dari situlah Rohana setidaknya mengenyam pendidikan agama, di saat masa-masa kala itu para perempuan Minang dilarang bersekolah, wajib dipingit dan hanya dididik untuk urusan dapur dan kasur kelak.
Pascapindah ke Pasaman, Rohana yang baru berusia 8 tahun saat itu sudah hobi membaca surat kabar. Surat kabar atau koran ‘Berita Kecil’ yang memang sengaja selalu dilanggankan Mohammad Sutan untuk Rohana.
Wawasannya pun mulai terbuka. Aspirasinya mulai muncul untuk bersuara lantang bahwa perempuan harus terdidik dan bersekolah. Kepada kawan-kawannya, baik perempuan maupun laki-laki, Rohana sudah sering mengajar di teras rumahnya.
Rohana memilih hidup mandiri dan tak ikut ayah dan ibu tirinya pindah ke Kota Medan. Rohana juga kemudian disunting seorang notaris bernama Abdul Kudus di usia 24 tahun.
Meski melepas masa lajang, Rohana tak terkekang suaminya yang justru mendukung perjuangannya. Adapun di usia menginjak 27 tahun, perjuangan Rohana mengangkat derajat perempuan terbantu Ratna Puti, seorang istri dari Jaksa Kayutanam.
Di tahun 1911 itu, lewat dukungan Ratna Puti, Rohana mendirikan Kerajinan Amai Setia (KAS). Sebuah wadah untuk para perempuan diajarkan calistung alias membaca, menulis dan berhitung, hingga keterampilan lain macam menjahit dan menyulam.
Di samping itu, Rohana tak meninggalkan kegemarannya menulis puisi dan artikel. Sampai pada Juli 1912, Rohana melahirkan”surat kabar perempuan pertama di Indonesia, ‘Sunting Melayu’. Surat kabar di mana pemimpin redaksi, redaktur dan penulisnya semuanya perempuan.
Pindah ke Bukittinggi pasca-problem pelik yang membawanya ke meja hijau pada 1916, Rohana membuka “Roehana School”. Sekolah yang didirikannya sendiri tanpa sponsor dari manapun dengan model yang sama seperti KAS.
Di sepanjang hidupnya, Rohana terus mengajar sekaligus melanjutkan profesinya sebagai jurnalis perempuan dengan memimpin koran ‘Perempuan bergerak’, menjadi redaktur koran ‘Radio’ dan koran ‘Cahaya Sumatera’.