Tetapkan 1 Ramadan Tanggal 11 Maret 2024, Muhammadiyah: Mungkin Idul Fitri dan Idul Adha Akan Sama

Erfan Erlin, Jurnalis
Sabtu 20 Januari 2024 15:08 WIB
PP Muhammadiyah (foto; MPI/Erfan)
Share :

YOGYAKARTA - Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengumumkan awal Ramadan jatuh pada tanggal 11 Maret 2024 dan Idul Fitri terjadi pada tanggal 10 April 2024 serta Idul Adha Senin (17/6/2024) mendatang. Penetepan tersebut berdasarkan hasil hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah, Haedar Natsir mengatakan, dengan ditetapkannya awal ramadhan, Idul Fitri dan Dzulhijah maka bagi kaum muslimin khususnya warga Muhammadiyah dan umat Islam yang mengikuti pedoman hisabulhillal dan nanti yang meyakininya untuk memulai ibadah puasa, idul fitri dan idul adha sebagaimana telah muhammadiyah maklimatkan pada hari ini.

"Kenapa kami umumkan hari ini? Kami PP Muyammadiyah tidak menduhuli siapapaun," tegas dia di Kantor PP Muhammadiyah Yogyakarta, Sabtu (20/1/2024).

Menurut Haedar, pengumuman dan maklumat ini hal yang lumrah terjadi setiap tahun sebagaimana juga sebagai orhanisasi islam bahkan negara mengeluarkan kalender baik hijriyah yang berisi tanggal-tanggal atau bulan dalam hijriyah yang ada irisannya dengan kegiatan-kegiatan ritual ibadah, atau pemerintah kalender miladiyah yang tekait dengan tanggal yang menyangkut kegaitan publik baik tingkat negara ataupun global.

Jadi, kata Haedar, maklumat atau pengumunan muhammadiyah ini maklumat yang normal terjadi. Dan maklumat ini dilakukan karena mereka menggunakan metode hisab atau metode hisab hakiki hiasabul hilal. Sehingga hal ini perlu disampaikan agar tidak lagi menjadi diskusi atau polemik.

"Muhammdiyah tidak mendahukui karena tidak ada yang didahului. Dan sebaliknya juga tidak ada yang kami tinggalkan," ujar dia.

Haedar menambahkan boleh jadi nanti ada perbedaan awal ramadan terutama awal puasa dan mungkin ada kesamaan Idul Fitri dan Idul Adha. Namun juga ada yang berbeda seperti tiap tahun di kelompok-kelompok kecil di tanah air. Oleh karena itu Haedar menghimbau baik kesamaan ataupun perbedaan itu harus sudah menjadikan kaum muslimin itu terbiasa.

Haedar menjelaskan pasti ada perbedaan baik dal toleran tasamuf bahkan tanawud (perbedaan cara dalam hal menjalankan ibadah) termasuk memulai bulan ramadan syawal dan dzulhijah. Sehingga perbedaan ini justru akan memperkuat umat Islam dalam beribadah.

"karena memang selama masih ada petbedaan di dalam Islam antar methode. maka akan selalu ada perbedaan dalam penentuan awal ramadan, idul fitri dan idul adha," tambahnya.

Haedar menandaskan Muhammadiyah selama ini secara terbuka, demokratif, argumentatif memberikan solusi yakni disusunnya dan diterimanya kalender global internasional, kalender islam unifikasi. Hal ini memerlukan proses terus menerus yang sebenarya telah dimulai ketika ada pertemuan organisasi dan negara islam di Turki 2016.

Hanya saja, lanjut Haedar, untuk pewujuan satu kalender islam global memerlukan waktu. Sehingga kalau memiliki kalender islam global itu seperti kalender miladiyah tidak lagi ada perbedaan-perbedaan. Dan tidak ada lagi kegiatan yang bersifat membuat masyarakat menjadi berbeda dalam penentuan.

"Dan ini adalah hutang umat islam peradaban. umat islam ini kan dengan perintah iqro saja garus menjadi umat dan bangsa yang berfikir menggunakan ilmu pengetahuan dan tehnologi sebaik mungkin dan tasional, "ujarnya.

Haedar menghimbau baik ada kesamaan dan perbedaan maka tidak kalah pentingnya memaknai ibadah ramadan dan idul fitri ataupun dzulhijah untuk melahirkan keislaman yang lebih baik. Namun jika nanti berbeda maka itu tidak perlu ribut di media sosial karena justru membuat nilai ibadah berkurang.

(Awaludin)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya