Proposal bagi para pemimpin Hamas untuk meninggalkan Gaza diajukan di Warsawa pada bulan Desember oleh Barnea, pejabat tinggi intelijen Israel ketika ia bertemu dengan Direktur CIA AS Bill Burns dan Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman al Thani, yang bertindak sebagai perantara dengan Hamas. Pejabat yang mengetahui diskusi dalam pertemuan tersebut mengatakan hal itu kemudian diangkat lagi ketika Blinken berada di ibu kota Qatar awal bulan ini.
Dalam pertemuan itu Blinken diberitahu oleh al Thani bahwa gagasan Israel “tidak akan pernah berhasil,” kata pejabat itu. Salah satu penyebabnya adalah ketidakpercayaan Hamas bahwa Israel pada kenyataannya akan mengakhiri operasinya melawan Hamas di Gaza bahkan setelah kepemimpinannya mengundurkan diri.
Pejabat kedua, dari Timur Tengah, diberitahu tentang usulan Israel oleh AS.
Departemen Luar Negeri AS, CIA dan Kantor Perdana Menteri Israel menolak berkomentar.
Meskipun tidak jelas apakah dalam diskusi pribadi Israel telah menunjuk pemimpin Hamas mana yang mereka harapkan akan meninggalkan Gaza, namun tidak ada target yang lebih besar selain Yahya Sinwar, pejabat tinggi Hamas di Gaza.
Bahkan Netanyahu menyebut Sinwar adalah ‘orang mati yang berjalan’.
Sinwar menghabiskan dua dekade di penjara-penjara Israel dan berasal dari Khan Younis di Gaza selatan, tempat sebagian besar operasi Israel di Gaza saat ini terfokus. Para pejabat Israel dan AS mengatakan mereka yakin Sinwar mungkin bersembunyi di jaringan terowongan yang luas dan dalam di bawah kota tersebut, yang merupakan terowongan terbesar kedua di Gaza.
Orang kepercayaan dan pembantu terdekatnya adalah Mohammed Deif, pemimpin sayap bersenjata Hamas, bersama dengan wakil Deif Marwan Issa. Saudara laki-laki Sinwar, Mohammed, juga seorang komandan senior Hamas. Tidak ada satupun yang diyakini telah ditemukan atau dibunuh oleh Israel.
Bulan lalu Israel menyebarkan selebaran di Gaza yang menawarkan hadiah ratusan ribu dolar untuk informasi mengenai para pemimpin Hamas, termasuk hadiah USD400.000 untuk informasi tentang Sinwar.
“Tujuannya adalah menjatuhkan Hamas sebagai penguasa di Jalur Gaza,” kata Ofer Shelah, peneliti senior di Institut Studi Keamanan Nasional Israel.
“Tidak ada bedanya jika [Sinwar] meninggal, atau dia pergi. Jika dia meninggal, maka seseorang dapat mengambil alih banyak hal dengan cara yang sama. Jika kita membawa semua sandera kembali dan Sinwar pergi, hal itu pasti akan membuat sebagian besar orang di Israel merasa bahwa kita telah memenangkan perang,” lanjutnya.
Para pejabat Amerika percaya bahwa sangat kecil kemungkinannya Sinwar dan orang-orang di sekitarnya akan setuju untuk meninggalkan Gaza, dan lebih memilih mati melawan musuh bebuyutan mereka.
(Susi Susanti)