Perbedaan Houthi dan Ansarullah di Yaman

Maria Regina Sekar Arum, Jurnalis
Selasa 06 Februari 2024 16:05 WIB
Perbedaan Houthi dan Ansarullah di Yaman (Foto: Reuters)
Share :

YAMAN - Saat ini, kelompok Houthi dipandang sebagai gerakan pengalih perhatian atau cabang ekstremis yang muncul dalam konteks politik yang sulit.

Ironisnya banyak pihak menyalahkan musuh bebuyutan mereka, yaitu mantan Presiden Saleh sebagai dibalik berdirinya kelompok tersebut.

Secara agama, Houthi tergabung dalam sekte Syiah Zaidi, cabang dari organisasi Syiah Imamiyah di Iran.

Mengutip Al Jazeera, Houthi awalnya adalah sebuah gerakan teologis yang mengajarkan perdamaian, namun kini mereka berada di pusat konflik internasional.

Setelah meraih kekuasaan yang menakjubkan, koalisi pimpinan Saudi turun tangan pada tanggal 25 Maret 2015 dan memulai serangan udara di Yaman dalam upaya menghentikan kemajuan Houthi.

Kebangkitan pemberontak Syiah mulai mendapatkan momentumnya pada bulan Agustus 2014, ketika ribuan pendukung gerakan tersebut melakukan protes di jalan-jalan ibu kota Yaman, Sanaa, mendesak pemerintah untuk mundur.

Melansir sumber lain, salah satu tokoh keluarga al-Houthi bernama Sayyid Badruddin al-Houthi. Beliau adalah seorang ulama Zaidiyah. Badruddin ini memiliki seorang putra bernama Husein Badruddin al-Houthi. Husein lahir pada tanggal 20 Agustus 1959.

Ia kemudian mendirikan gerakan sosial Al Syabab Al Mukmi, atau pemuda mukmin. "Gerakan ini bekerja di bidang pendidikan dan sosial di Yaman Utara",

Melihat kekejaman Amerika Serikat dan Arab Saudi, Hussein pun menyampaikan kecaman dan kritiknya terhadap masalah ini, sehingga semakin banyak warga yang menjadi pendukungnya.

Pada tahun 2001, Amerika Serikat memulai perang melawan terorisme. Presiden Saleh juga menjalin kerja sama dengan Amerika. Dia menerima jutaan atau bahkan ratusan dolar dana AS untuk proyek kontra-terorisme di Yaman.

Gerakan yang dipimpin oleh Hussein al-Houthi sudah bersifat regional: melawan invasi Arab Saudi, menentang Amerika Serikat dan membela Palestina

Rezim Saleh kemudian berusaha memadamkan perlawanan politik al-Houth dengan kekerasan. Pemerintah juga menangkap ratusan anggota Al Syabab Al Mukmin.

Pada tanggal 10 September 2004, Hussein meninggal dunia setelah dibunuh oleh rezim Saleh.

Setelah Hussein terbunuh, para pengikutnya mengangkat senjata untuk melawan rezim Saleh. Pengikut Hussein menyebut gerakan mereka Ansarullah.

Gerakan Ansarullah terdiri dari berbagai marga dan suku. Bukan hanya klan al-Houthi. Pemimpinnya adalah Abdul Malik al-Houthi, adik laki-laki mendiang Hussain.

Perang antara rezim Saleh dan Ansarullah berlangsung enam tahun. Perang ini disebut Perang Saada karena terjadi di provinsi Saada.

Dalam perang ini, Arab Saudi juga melakukan serangan militer. Saudi membantu rezim Saleh melawan Ansarullah. Ia menegaskan, rezim Saleh yang secara pribadi menganut keyakinan Syiah Zaidiyah sebenarnya dibantu oleh Saudi. “Jadi kami lihat motifnya tidak keagamaan,” tegasnya.

Pada tahun 2010, perang antara Arab Saudi dan Ansarullah mengakhiri status quo. Ansarullah tidak dikalahkan. Namun rezim Saleh juga bertahan.

Sejarah panjang Ansarullah dalam melawan rezim Saleh membuat mereka memiliki pengaruh yang sangat kuat dibandingkan faksi politik lain pada masa peralihan kekuasaan di Yaman.

Selain itu, isu-isu yang diusung Ansarullah juga tidak fokus pada kelompoknya sendiri, melainkan menyoroti isu-isu regional yang menjadi perhatian atau kekhawatiran warga Yaman secara umum.

Selain menuntut keadilan ekonomi, Ansarullah juga berperang melawan kejahatan Amerika. Memerangi terorisme di Yaman, di mana banyak warga sipil Yaman menjadi korban bom drone AS, Ansarullah juga membela Palestina.

(Susi Susanti)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya