SURABAYA - Ratusan alumni, guru besar dan civitas Universitas Airlangga (Unair) Surabaya mengkritik segala bentuk pelemahan demokrasi. Pada kegiatan bertajuk Anair Memanggil tersebut, pelemahan demokrasi yang dimaksud yakni seperti politik dinasti dan penyalahgunaan kekuasaan.
Melalui forum yang bertajuk Unair Memanggil, para civitas akademika mendesak presiden dan aparat negara untuk menghormati kemerdekaan dengan menjunjung tinggi demokrasi, kebebasan berbicara, berekspresi dan pengelolaan sumber daya alam. Selain itu, mereka juga mengecam segala bentuk intervensi dalam pelaksanaan Pemilu 2024.
Guru Besar Sosiologi Fisip Unair, Profesor Hotman Siahaan menyampaikan, presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan harus merawat prinsip-prinsip etika republik. Selain itu, tidak boleh menyalahgunakan kekuasaan atau menggunakan fasilitas dan alat negara untuk mendukung salah satu kandidat Capres-Cawapres.
Di samping itu, pihaknya juga mengecam segala bentuk intervensi dan intimidasi terhadap kebebasan mimbar akademik perguruan tinggi. Sikap ini juga merupakan seruan moral dan bukan bentuk politik praktis. Sehingga aksi dari kegiatan tersebut adalah bentuk dalam menjalankan dan menjunjung demokrasi.
Selain itu, aksi ini murni datang dari pribadi intelektual Unair yang merasa terpanggil melihat situasi negara saat ini. Sehingga forum tersebut tidak ada keterkaitan apapun dengan institusi Unair. Aksi yang diikuti sekitar 120 orang, alumni guru besar dan civitas Unair Surabaya ini digelar di gedung pasca sarjana Unair Surabaya.
(Arief Setyadi )