SOMALIA - Somalia adalah salah satu negara termiskin di Afrika. Hampir 70% penduduk hidup di bawah garis kemiskinan internasional, yang didefinisikan sebagai pendapatan kurang dari USD2,15 atau setara dengan Rp33.662 per hari, dan daerah pedesaan lebih banyak dihuni oleh penggembala nomaden.
Melansir Concern Worldwide, sekitar 1,8 juta anak menderita kekurangan gizi akut. Antara Januari dan November 2022, setidaknya 1.049 anak meninggal karena kelaparan di puskesmas dan rumah sakit, dan masih banyak lagi yang meninggal tanpa tercatat.
Malnutrisi harus segera diatasi, tidak hanya untuk meningkatkan kelangsungan hidup mereka yang terkena dampaknya, tetapi juga karena pengalaman kelaparan yang dialami seorang anak selama dua tahun pertama kehidupannya dapat berdampak sangat negatif dan bertahan lama terhadap pertumbuhan fisik dan perkembangan intelektual mereka seiring pertumbuhan mereka.
Selama beberapa dekade, Somalia menderita kekurangan dana infrastruktur dan kemiskinan ekstrem. Kelaparan yang terjadi baru-baru ini memperburuk infrastruktur yang sudah lemah dan mewujudkan tantangan sosial yang berat.
Orang dewasa yang selamat dari malnutrisi pada masa kanak-kanak cenderung lebih pendek, kurus, memiliki kepadatan tulang dan otot yang lebih rendah, serta prestasi akademis yang lebih buruk.
Wanita hamil sangat rentan terhadap kelaparan karena risiko anemia dan kematian ibu dan bayi meningkat pesat. Ada juga bagian dari siklus kelaparan di mana orang tua yang mengalami kelaparan ekstrem sejak dini seringkali tidak mampu mengatasinya dan biasanya berakhir dengan anak-anak yang kekurangan gizi dan miskin.
Kombinasi kekeringan, ketidakstabilan politik dan konflik telah menyebabkan 1,3 juta warga Somalia mengungsi di seluruh negeri. Jutaan orang semakin jatuh ke dalam kemiskinan dan meninggalkan komunitas pedesaan mereka untuk mencari makanan dan air, seringkali ke kota dan komunitas pengungsi internal.
Hingga 1,1 juta pengungsi internal menghadapi kerawanan pangan akut, sehingga memberikan tekanan pada pemerintah daerah ketika mereka berjuang untuk menyediakan dukungan kesehatan dan kesempatan kerja bagi para pengungsi.
(Susi Susanti)