Sementara itu, tidak jauh dari kantor polisi tempat menteri berbicara, pada Rabu (13/3/2024), Rawia al-Halhouli sedang duduk di ruang tamunya dikelilingi oleh teman, kerabat, dan pelayat yang menangis datang satu per satu untuk memberikan penghormatan.
Di luar halaman, ayah Rami, Ali, 60, sedang duduk bersama keluarga dan teman-temannya, tidak mampu menahan air matanya selama lebih dari beberapa menit.
“Saya bertanya kepada Anda, seorang anak berusia 12 tahun, bagaimana dia bisa menjadi teroris?” kata Ali.
"Dia sedang berpuasa dan berbuka, lalu keluar setelah itu dan bermain dengan anak-anak lain. Ini bulan Ramadhan, mereka menyalakan kembang api. Mereka sedang bermain,” lanjutnya.
“Rami adalah anak yang baik. Dia pandai di sekolah, dia pintar, dia membantu tetangga kami. Ini adalah lingkungannya dan dia tidak pernah pergi lebih jauh. Dia bukan pembuat onar,” ujarnya.
“Petugas yang membunuh Rami hanya orang yang mengikuti perintah,” terangnya.
“Itu semua benar-benar berasal dari Ben-Gvir. Dia tidak akan membiarkan warga Palestina mendapatkan perdamaian,” lanjutnya.
BBC meminta polisi Israel pada Rabu (14/3/2024) untuk memberikan bukti apa pun yang menunjukkan kekerasan, kerusuhan, atau insiden lain yang menimbulkan kekhawatiran di wilayah tersebut pada hari atau jam menjelang penembakan, atau bukti apa pun yang memberatkan Rami al-Halhouli, namun mereka tidak menyediakan apa pun.
Mereka malah merujuk pada pernyataan tertulis polisi yang diterbitkan pada Selasa (12/3/2024) yang menggambarkan gangguan kekerasan terjadi di Shuafat, termasuk pelemparan bom molotov dan penembakan langsung kembang api ke arah pasukan keamanan.