Detik-Detik Terakhir Kehidupan Bocah Palestina 12 Tahun yang Ditembak Mati Israel Usai Nyalakan Kembang Api

Susi Susanti, Jurnalis
Kamis 14 Maret 2024 09:06 WIB
Detik-detik kehidupan bocah Palestina 12 tahun yang ditembak mati Israel usai nyalakan kembang api (Foto: BBC)
Share :

Selebaran yang ditulis dalam bahasa Arab dan didistribusikan oleh polisi Israel di kamp Shuafat pada Selasa (12/3/2024) mengatakan bahwa 15 hingga 20 pemuda diketahui pergi salat tarawih dengan tujuan melanggar aturan, meluncurkan kembang api dan pelemparan bom molotov.

“Polisi tidak akan pernah menoleransi tindakan kekerasan dalam bentuk apa pun dan akan mengambil tindakan tegas terhadap siapa pun yang melakukan kekerasan atau berupaya menyakiti mereka,” demikian isi selebaran tersebut.

Polisi Perbatasan Israel mengumumkan pada Rabu (13/3/2024)malam bahwa seorang petugas telah dibebaskan bersyarat dari tahanan setelah diinterogasi sehubungan dengan penembakan di kamp Shuafat.

Telah terjadi peningkatan kekerasan di Tepi Barat yang diduduki sejak awal perang di Gaza. Setidaknya 418 warga Palestina, termasuk anggota kelompok bersenjata, penyerang dan warga sipil telah dibunuh oleh pasukan Israel, menurut PBB. Pada periode yang sama, 15 warga Israel, termasuk empat personel pasukan keamanan, tewas.

Menurut angka terkini dari organisasi hak asasi manusia Israel B'Tselem, 519 anak dibunuh oleh Israel di Yerusalem Timur dan Tepi Barat antara tahun 2000 dan awal Oktober 2023.

“Israel mempunyai kebijakan untuk tidak terlalu mengambil tindakan ketika berurusan dengan warga Palestina,” kata Dror Sadot, juru bicara B’Tselem.

“Kami telah mendokumentasikan lusinan kasus seperti ini selama bertahun-tahun. Kami belum menyelidiki kasus spesifik ini, di Shuafat, namun tampaknya bocah tersebut tidak menimbulkan bahaya bagi polisi,” lanjutnya.

Salim Anati, seorang dokter yang tinggal dan bekerja di kamp Shuafat sejak kamp tersebut dibangun pada 1965, mengatakan kepada BBC bahwa dia telah merawat setidaknya 20 anak di sana selama bertahun-tahun yang kehilangan satu atau kedua matanya setelah terkena peluru karet, dan mengetahui sedikitnya 10 orang yang terbunuh.

“Anak-anak banyak yang terluka, banyak yang dipenjara, kalau tidak dipenjara tidak boleh keluar rumah,” terangnya.

“Ini adalah kehidupan yang sangat sulit bagi seorang anak di sini,” ujarnya.

“Rami bahkan tidak cukup beruntung untuk bisa melarikan diri dari kamp. Seluruh masa kecilnya berada di bawah pendudukan,” tambahnya.

(Susi Susanti)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya