Seperti diketahui, Laut China Selatan menjadi pusat sengketa wilayah antara Tiongkok, Filipina, dan negara lain.
Namun ketegangan antara Manila dan Beijing meningkat tajam dalam beberapa bulan terakhir. Inti permasalahannya adalah sebuah kapal membusuk di Second Thomas Shoal yang sengaja ditepikan oleh Filipina untuk memperkuat klaimnya atas dangkalan tersebut.
Misi rutin untuk membawa makanan dan kebutuhan pokok kepada segelintir tentara Filipina di kapal bernama Sierra Madre telah mengakibatkan pertemuan antara pengawal Penjaga Pantai Filipina dan Penjaga Pantai Tiongkok.
Tiongkok telah menanggapi usulan balasan Filipina dengan serangkaian tawaran balasan lainnya.
Sejauh ini Tiongkok mengklaim bagian terbesar wilayah di wilayah yang dibatasi oleh “10 garis putus-putus”. Garis ini terdiri dari sepuluh garis putus-putus yang membentang ratusan mil ke selatan dan timur dari provinsi paling selatan Hainan.
Marcos menjabat sebagai Presiden pada Juni 2022 dan mengembalikan Filipina ke sekutu tradisionalnya, AS, sehingga memicu kemarahan Tiongkok.
Setelah tabrakan pertama antara kapal Filipina dan Tiongkok pada Oktober lalu, Presiden AS Joe Biden mengatakan Washington akan membela Manila jika Beijing menyerang. Kedua negara terikat oleh perjanjian pertahanan bersama.
Sebaliknya, Duterte telah mengupayakan hubungan ekonomi dan politik yang lebih kuat dengan Tiongkok. Dia mengurangi kerja sama militer antara militer Filipina dan AS dan menolak untuk mengabaikan keputusan pengadilan arbitrase internasional yang menolak klaim luas wilayah laut Tiongkok yang juga tumpang tindih dengan klaim Vietnam, Malaysia, dan Brunei.
(Susi Susanti)