RAFAH - Militer Israel mengatakan pihaknya berencana untuk memindahkan warga Palestina yang terlantar di Gaza ke apa yang disebutnya “pulau kemanusiaan” di tengah-tengah jalur tersebut, sebelum serangan apa pun di Rafah.
Sekitar 1,4 juta orang berlindung di kota selatan setelah melarikan diri dari pertempuran antara pasukan Israel dan Hamas di wilayah utara dan tengah.
Tidak jelas seperti apa bentuk “pulau” tersebut, atau bagaimana cara pengoperasiannya.
Namun militer menyarankan agar bantuan dan perumahan sementara akan diberikan.
Belum ada jangka waktu yang diberikan mengenai kapan operasi itu bisa dilakukan.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Amerika Serikat (AS) telah memperingatkan bahwa serangan besar-besaran di Rafah bisa menjadi bencana.
Israel telah berulang kali mengisyaratkan perlunya operasi semacam itu, dan menegaskan bahwa Hamas tidak dapat sepenuhnya disingkirkan di Gaza tanpa menargetkan Rafah.
Disadari juga bahwa para pemimpin paling senior kelompok tersebut masih buron, dan kemungkinan besar kini berada di bagian paling selatan wilayah tersebut.
Kepala juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Laksamana Muda Daniel Hagari, mengatakan dalam sebuah pengarahan kepada wartawan pada Rabu (13/3/2024) bahwa mereka perlu memastikan bahwa 1,4 juta orang yang saat ini tinggal di Rafah, atau setidaknya dalam jumlah yang signifikan akan pergi sebelum serangan apa pun.
Dia menyarankan agar mereka bisa pindah ke pulau kemanusiaan yang akan diciptakan bersama komunitas internasional. Di sini kan disediakan perumahan sementara, makanan dan air.
Namun masih banyak pertanyaan logistik yang harus dijawab.
Memindahkan lebih dari separuh penduduk Gaza dari Rafah ke pusat jalur tersebut akan memakan waktu, bahkan mungkin berminggu-minggu.
Peta Jalur Gaza menunjukkan operasi darat Israel dan zona evakuasi
Persediaan mobil saat ini terbatas, begitu juga dengan bahan bakar, sehingga kebanyakan orang harus berjalan kaki lagi sambil membawa barang-barang mereka.
Warga Palestina kini lebih kelaparan dan lebih lemah dibandingkan lima bulan lalu, sehingga hal ini juga akan memperlambat pergerakan skala besar.
Bagian tengah jalur di mana Israel mengusulkan untuk merelokasi mereka telah rusak parah akibat serangan darat dan udara yang berulang kali.
(Susi Susanti)