GAZA - Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus sangat khawatir dengan situasi di rumah sakit (RS) al-Shifa yang telah digerebek pasukan Israel. Dia memperingatkan hal ini membahayakan petugas kesehatan, pasien, dan warga sipil.
“Rumah sakit baru-baru ini memulihkan layanan kesehatan yang minim. Setiap permusuhan atau militerisasi terhadap fasilitas tersebut membahayakan layanan kesehatan, akses ambulans, dan pengiriman pasokan penyelamat jiwa,” tulisnya di X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter. “Rumah sakit harus dilindungi. Gencatan senjata!,” lanjutnya.
Rumah sakit memiliki status perlindungan selama masa perang berdasarkan hukum humaniter internasional. Namun rumah sakit dapat kehilangan perlindungan tersebut dalam keadaan tertentu jika digunakan untuk melakukan tindakan yang merugikan musuh.
Pesrerikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan hanya 12 dari 33 rumah sakit di Gaza yang berfungsi sebagian, enam di antaranya berada di utara, termasuk al-Shifa, dan enam di selatan.
Menurut direktur pengobatan darurat rumah sakit Dr Mutaz Harara, staf di al-Shifa sudah berada dalam kondisi yang mengerikan sebelum penggerebekan terakhir,
Dia mengatakan kepada BBC pada akhir pekan bahwa staf medis benar-benar kelelahan dan setiap hari merawat puluhan pasien yang menderita kekurangan gizi, dehidrasi, serta berbagai cedera.
Seperti diketahui, militer Israel mengatakan mereka telah mengambil alih rumah sakit al-Shifa di Kota Gaza dalam apa yang disebutnya sebagai operasi untuk menggagalkan aktivitas anggota Hamas.
Dilaporkan bahwa tentara membunuh 20 anggota Hamas, termasuk seorang komandan senior pasukan keamanan internal Hamas, dan menahan puluhan tersangka dalam penggerebekan tersebut.
Saksi mata serangan terakhir terhadap al-Shifa menggambarkan keadaan panik di dalam rumah sakit, fasilitas medis terbesar di Gaza, ketika pasukan Israel melancarkan serangan cepat dan tak terduga pada Senin (18/3/2024) dini hari.
Juru bicara utama Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Laksamana Muda Daniel Hagari mengumumkan semalam bahwa pasukan sedang melakukan operasi presisi tinggi di area terbatas rumah sakit al-Shifa menyusul intelijen nyata yang menuntut tindakan segera.
“Kami tahu bahwa teroris senior Hamas telah berkumpul kembali di dalam rumah sakit al-Shifa dan menggunakannya untuk memerintahkan serangan terhadap Israel,” katanya, dikutip BBC.
Pejabat Hamas dan kesehatan telah berulang kali membantah tuduhan bahwa pejuang Hamas beroperasi di dalam atau di bawah rumah sakit al-Shifa dan rumah sakit lainnya.
(Susi Susanti)