Uraiannya sering pula menyerupai dongengan. Lepas dari segala dongengan, terlepas itu memang perlu telaah lebih detail kata Muljana untuk mencari kiranya yang mempunyai sebuah nilai sejarah. Memang, harus diakui bahwa penulisan sejarah di Jawa pada permulaan abad belasan agak berbeda dengan penulisan sejarah di Yunani, Roma, dan Eropa pada umumnya.
Agaknya memang membandingkan sebutan Kala Gamet dengan sebutan Mahapati yang muncul dalam Pararaton dan Kidung Sorandaka, memunculkan pertanyaan kembali. Apakah sebutan Mahapati di dalam Pararaton dan Kidung Sorandaka adalah julukan atau sindiran jelek ke seseorang di masa itu. Namun apakah itu juga mengarah ke seorang pejabat istana atau bahkan raja layaknya Jayanagara yang mendapat julukan Kala Gamet, ini yang masih menjadi misteri.
(Awaludin)