JAKARTA - Negosiasi gencatan senjata antara kelompok Hamas dengan Israel masih terus berlanjut. Dilaporkan Hams mengirimkan delegasi ke Mesir untuk melanjutkan negosiasi gencatan senjata.
Melansir Arabnews, Sabtu (4/5/2024), setelah berbulan-bulan negosiasi terhenti dan dimulai, upaya gencatan senjata tampaknya telah mencapai tahap kritis, dengan mediator Mesir dan Amerika melaporkan tanda-tanda kompromi dalam beberapa hari terakhir.
Namun, peluang tercapainya kesepakatan tersebut masih terganjal yakni apakah Israel akan menerima diakhirinya perang tanpa mencapai tujuannya untuk menghancurkan Hamas.
Pertaruhan dalam perundingan gencatan senjata diperjelas dalam laporan baru PBB yang mengatakan jika perang Israel-Hamas berhenti hari ini, masih diperlukan waktu hingga tahun 2040 untuk membangun kembali semua rumah yang telah hancur akibat pemboman dan serangan darat Israel selama hampir tujuh bulan di Gaza.
Laporan tersebut memperingatkan, dampak kerusakan terhadap perekonomian akan menghambat pembangunan dari generasi ke generasi dan akan semakin buruk seiring terus berlanjutnya pertempuran.
Proposal yang diajukan mediator AS dan Mesir kepada Hamas yang tampaknya disetujui Israel menetapkan proses tiga tahap yang akan menghasilkan gencatan senjata selama enam minggu dan pembebasan sebagian sandera Israel, tetapi juga negosiasi mengenai “ketenangan permanen”, termasuk semacam penarikan Israel dari Gaza, menurut seorang pejabat Mesir.
Hamas ingin jaminan penarikan penuh Israel dan penghentian total perang.
Pejabat Hamas telah mengirimkan sinyal beragam soal proposal tersebut dalam beberapa hari terakhir.
Namun pada Kamis (2/5/2024), pemimpin tertingginya, Ismail Haniyeh, mengatakan, dia telah berbicara dengan kepala intelijen Mesir.
“Menekankan semangat positif gerakan tersebut dalam mempelajari proposal gencatan senjata,” katanya.
Pernyataan itu mengatakan, perunding Hamas akan melakukan perjalanan ke Kairo, Mesir.
“Untuk menyelesaikan diskusi yang sedang berlangsung dengan tujuan mencapai kesepakatan.”
Haniyeh mengatakan dia juga telah berbicara dengan Perdana Menteri Qatar, mediator penting lainnya dalam proses tersebut.
Para perantara tersebut berharap kesepakatan tersebut akan mengakhiri konflik yang telah menewaskan lebih dari 34.000 warga Palestina, menurut pejabat kesehatan setempat, menyebabkan kehancuran yang luas dan menjerumuskan wilayah tersebut ke dalam krisis kemanusiaan.
Mereka juga berharap kesepakatan tersebut akan mencegah serangan Israel terhadap Rafah, tempat lebih dari separuh dari 2,3 juta penduduk Gaza mencari perlindungan setelah melarikan diri dari zona pertempuran di tempat lain di wilayah tersebut.
(Erha Aprili Ramadhoni)