Rincian paspor diperoleh dengan meretas email petugas perekrutan militer Rusia di Tula, selatan Moskow.
Pencarian di Facebook menunjukkan bahwa 31 nama yang disebutkan dalam kebocoran Ukraina cocok dengan akun yang pemiliknya tampaknya berada di Rusia atau terkait dengan tentara Rusia.
Beberapa diantaranya mengunggah foto dirinya mengenakan seragam militer Rusia, atau di lokasi yang terdapat rambu jalan atau pelat nomor Rusia. Yang lain mencantumkan Rusia sebagai tempat tinggal mereka saat ini.
Banyak dari pengguna Facebook tersebut mulai memposting konten terkait Rusia pada paruh kedua tahun 2023, yang menunjukkan kapan mereka mungkin telah tiba di negara tersebut.
Sejak melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina, Rusia menderita kerugian besar di medan perang. Investigasi BBC mengkonfirmasi nama lebih dari 50.000 tentara Rusia yang tewas di Ukraina namun jumlah sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi. Perkiraan Ukraina sendiri menyebutkan jumlah tentara Rusia yang tewas atau terluka dalam perang tersebut mencapai hampir 500.000 orang.
Merekrut orang asing untuk menggantikan sebagian kerugian juga membantu Kremlin menghindari risiko yang ditimbulkan oleh upaya memobilisasi warga Rusia dengan kekerasan. Ketika Rusia mendeklarasikan mobilisasi parsial pada tahun 2022, ratusan ribu orang meninggalkan negara tersebut.
Membawa warga Kuba ke Rusia relatif mudah. Kedua negara telah menjadi sekutu sejak Perang Dingin, warga Kuba tidak memerlukan visa untuk bepergian ke Rusia dan penerbangan langsung ke Moskow membuat perjalanan lebih mudah.
Sementara itu, kontrak militer menguntungkan yang ditawarkan oleh Rusia menarik para pria Kuba yang putus asa untuk menghindari krisis ekonomi yang memburuk di pulau yang dikenai sanksi Amerika Serikat (AS).
(Susi Susanti)