AS Stop Pasok 3.500 Bom ke Israel karena Operasi Darat Besar-besaran di Rafah

Susi Susanti, Jurnalis
Rabu 08 Mei 2024 11:24 WIB
AS stop pasok 3.500 bom ke Israel karena operasi darat besar-besaran di Rafah (Foto: EPA-EFE/REX/ Shutterstock)
Share :

NEW YORKAmerika Serikat (AS) pekan lalu menghentikan pengiriman bom ke Israel karena kekhawatiran akan dilakukannya operasi darat besar-besaran di Rafah, Gaza selatan.

Seorang pejabat mengatakan kepada CBS News, mitra media BBC di AS, pengiriman tersebut terdiri dari 1.800 bom seberat 2.000 pound (907 kg) dan 1.700 bom seberat 500 pound.

“Israel belum sepenuhnya mengatasi kekhawatiran AS mengenai kebutuhan kemanusiaan warga sipil di Rafah,” terang pejabat itu, dikutip BBC.

Israel tidak segera memberikan komentar terkait hal itu.

“Posisi AS adalah bahwa Israel tidak boleh melancarkan operasi darat besar-besaran di Rafah, di mana lebih dari satu juta orang mengungsi tanpa punya tempat lain untuk pergi,” lanjutnya.

“Kami telah terlibat dalam dialog dengan Israel dalam format Kelompok Konsultatif Strategis kami tentang bagaimana mereka akan memenuhi kebutuhan kemanusiaan warga sipil di Rafah, dan bagaimana melakukan tindakan yang berbeda terhadap Hamas di sana dibandingkan dengan yang mereka lakukan di tempat lain di Gaza,” ujarnya.

“Diskusi tersebut sedang berlangsung dan belum sepenuhnya menjawab kekhawatiran kami. Ketika para pemimpin Israel tampaknya mendekati titik pengambilan keputusan mengenai operasi semacam itu, kami mulai dengan hati-hati meninjau usulan transfer senjata tertentu ke Israel yang mungkin digunakan di Rafah. Hal ini dimulai pada bulan April,” ungkapnya.

“Sebagai hasil dari peninjauan tersebut, kami telah menghentikan satu pengiriman senjata pada minggu lalu. Pengiriman tersebut terdiri dari 1.800 bom seberat 2.000 pon dan 1.700 bom seberat 500 pon. Kami secara khusus berfokus pada penggunaan akhir bom seberat 2.000 pon dan dampak yang dapat ditimbulkan di daerah perkotaan yang padat seperti yang kita lihat di wilayah lain di Gaza. Kami belum membuat keputusan akhir tentang bagaimana melanjutkan pengiriman ini,” tambahnya.

Pejabat yang tidak disebutkan namanya itu menambahkan bahwa untuk kasus-kasus tertentu lainnya di Departemen Luar Negeri, termasuk peralatan JDAM [Joint Direct Attack Munition], pihaknya terus melakukan peninjauan.

“Tak satu pun dari kasus-kasus ini melibatkan transfer dalam waktu dekat, ini adalah tentang transfer di masa depan,” ujarnya.

Pejabat tersebut menekankan bahwa tidak satu pun dari pengiriman ini ada hubungannya dengan alokasi tambahan Israel pada bulan April, namun diambil dari dana yang sebelumnya telah dialokasikan, beberapa tahun yang lalu.

(Susi Susanti)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya