GAZA - UNRWA, badan bantuan utama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Gaza, memperkirakan sekitar 360.000 orang telah meninggalkan kota selatan tersebut sejak militer Israel memberikan perintah evakuasi pertamanya seminggu yang lalu.
Mereka pindah ke lahan kosong, termasuk Al-Mawasi, sebidang tanah kecil di sepanjang pantai, yang ditetapkan sebagai wilayah kemanusiaan yang diperluas oleh Israel.
Namun Shaina Low dari lembaga bantuan Dewan Pengungsi Norwegia mengatakan lembaga tersebut tidak dibentuk untuk menerima keluarga-keluarga yang terpaksa mengungsi.
"(Tidak ada) tempat untuk memasang jamban atau titik air. Ada tumpukan sampah yang sangat banyak. Rekan saya bercerita tentang melihat bangkai keledai di atas sampah, jadi ada berbagai macam masalah kesehatan," terangnya, dikutip Reuters.
Di Rafah, Israel meningkatkan pemboman udara dan darat di wilayah timur kota tersebut, menewaskan banyak orang dalam serangan udara terhadap sebuah rumah di lingkungan Brasil.
Warga mengatakan pemboman udara dan darat Israel semakin intensif dan tank-tank telah memutus jalan utama Salahuddin utara-selatan yang memisahkan timur kota dari daerah pusat.
“Tank-tank tersebut memotong jalan Salahuddin di sebelah timur kota, pasukan sekarang berada di sisi tenggara, membangun di dekat kawasan yang dibangun. Situasinya mengerikan dan suara ledakan tidak pernah berhenti,” kata Bassam, 57, dari polisi. Lingkungan Shaboura di Rafah.
“Orang-orang terus meninggalkan Rafah, saat ini tidak ada tempat yang terlihat aman dan orang-orang tidak ingin melarikan diri pada menit-menit terakhir,” katanya kepada Reuters melalui aplikasi obrolan.