Masih dalam video tersebur, terdengar pula suara salah seorang perawat rumah sakit yang menyebutkan jika sedang tidak bisa berobat karena dokter yang bertugas tidak ada.
"Nggak bisa, nggak ada dokter juga, lagi nggak ada dokter umum," sebut perawat itu.
Perawat tersebut pun mengaku harus memanggil dokter terlebih dahulu jika ada yang ingin berobat. Setelah itu, terdengar perawat itu bertanya siapa yang akan membayar biaya perobatan.
"Ini siapa yang bayar?," tanya perawat itu.
Aleh kemudian menjawab jika dia yang akan membayar biayanya. Namun karena tidak puas dengan pelayanan rumah sakit, Aleh dan tim nya kemudian membawa Ramesh ke tempat pengobatan lain.
"Ini rumah sakit ini kalau Rames yang masuk dia takut nggak dibayar, terlalu sepele melihat orang ya Mes," ungkap tim Aleh.
Setelah video itu viral, Melvi pun membuat video klarifikasi. Videon itu diunggah di akun Instagram @rs.sriratumedan.
"Saya Melvi, bidan Rumah Sakit Sri Ratu Medan izin mengklarifikasi atas kegaduhan yang ada di media sosial," kata Melvi dalam video itu.
Melvi menyebut peristiwa itu terjadi pada Kamis, 9 Mei 2024 lalu. Saat itu sekitar pukul 17.30 WIB, Aleh dan Ramesh bersama tim datang ke RS Sri Ratu untuk mendapatkan pelayanan. Namun saat itu memang sedang tidak ada dokter yang siaga di UGD karena sedang mengecek pasien di ruang rawat inap.
"Pada tanggal 9 Mei 2024 sekitar jam 17.30 WIB datang beberapa orang bersama pasien ke Rumah Sakit Umum Sri Ratu Medan dengan membawa salah seorang bernama Rames yang sudah kami kenal sebelumnya, saya mengatakan dokter jaga tidak ada UGD karena dokter sedang ke ruangan pasien rawat inap," ucapnya.
Terkait pertanyaan siapa yang membayar, Melvi mengaku itu merupakan SOP pendaftaran yang diterapkan oleh mereka.
"Itu merupakan kalimat biasa siapa yang menanggungjawabi pasien karena merupakan SOP pendaftaran. Tetapi salah satu keluarga pasien langsung membawa pasien keluar dari dalam rumah sakit sebelum melakukan pelayanan," ujarnya.
Melvi kemudian meminta maaf atas peristiwa itu. Dia mengaku tidak ada niatan membeda-bedakan pasien.
"Saya mohon maaf atas kejadian di luar kemampuan saya, niat saya adalah melayani pasien tanpa membeda-bedakan," tutupnya.
(Khafid Mardiyansyah)