CHINA - Ketika beranjak dewasa, banyak orang memilih untuk kembali ke nama China mereka setelah mengubahnya.
Reporter Waikato Times, Ke-Xin, tercatat memiliki lima nama sebelum akhirnya kembali menggunakan nama China-nya.
“Nama bahasa Inggris pertama saya diberikan kepada saya di kelas tiga ketika kami mulai belajar bahasa Inggris. Guru bahasa Inggris kami membawakan kami daftar nama perempuan dan nama laki-laki untuk kami pilih,” terangnya, dikutip RNZ.
“Dan di antara nama-nama gadis itu, ada Betty yang terdengar sangat mirip dengan nama panggilan Cina saya yang berarti bayi yang berharga,” lanjutnya.
Betty menjadi nama Inggris pertamanya, tetapi masih ada perubahan lain yang akan terjadi.
Saat masih tinggal di Tiongkok, dia pun memulai kelas tutorial bahasa Inggris di mana ada nama Betty yang lainnya.
"Dalam bahasa China, kami tidak menggunakan Betty A, Betty B untuk membedakan orang. Jadi sebagai pendatang baru, saya harus memilih nama Inggris lain. Jadi, saya memilih Alice,” ujarnya.
Kemudian seorang sepupu, yang juga bernama Alice, datang untuk tinggal di rumah keluarga Ke-Xin.
"Sepupuku datang, dia lebih tua dariku, dan namanya juga Alice. Dan sebagai sepupu yang lebih muda, aku merasa berkewajiban untuk mengubah namaku dan dia bisa mempertahankan Alice, dan aku akan memilih yang lain,” ungkapnya.
Ke-Xin pun memutuskan beralih ke sumber utama budaya Inggris pada saat itu.
"Buku berbahasa Mandarin berjudul Disney Princesses. Saya sangat menyukai putri dan Barbie saat itu untuk mencari nama dalam bahasa Inggris yang sesuai dengan gaya saya,” terangnya.
"Dalam bahasa Cina, kami tidak menyebut putri Disney dengan Belle atau Ariel atau Aurora. Kami menyebut mereka Putri Salju, atau Putri Tidur, atau Putri Duyung Kecil, dan nama yang saya pilih sendiri, saya tidak tahu apa artinya Tidur Kecantikan,” ujarnya.
"Itu namaku, dan tak seorang pun merasa itu nama yang aneh. Aku tidak tahu nama Putri Tidur itu Aurora,” lanjutnya.
Ke-Xin memakai nama Putri Tidur selama satu setengah tahun, hingga keluarganya pindah ke Selandia Baru.
“Saya dan orang tua saya menyadari betapa memalukannya nama Putri Tidur, seperti salah satu logo Inggris yang langka dan aneh yang Anda lihat di Tiongkok,” terangnya.
"Pada hari pertamaku ke sekolah, kata ibuku, dia sedang duduk bersamaku di dalam mobil, dan dia memberitahuku bahwa ini adalah hari pertamamu ke sekolah, kamu memerlukan nama dalam bahasa Inggris yang tepat,” lanjutnya.
Ibunya pun menyarankan dia mengganti nama dengan Lina.
"Saya cukup dekat dengan Lina pada awalnya. Saya ingat ketika beberapa teman sekelas saya salah mengeja Lina, mereka mengejanya Lena bukan Lina, saya cukup kecewa,” terangnya.
Seiring berjalannya waktu, banyak perubahan yang terjadi. Dia mulai menyadari pentingnya kebudayaan sebagai jati diri. Dia menemukan naluri alaminya untuk mengagumi sisi seni dan budaya Tiongkok.
Setelah kelas 13, dia memutuskan memulai awal yang baru. Dia mengajarkan orang-orang untuk melafalkan nama Chinanya.
“Tetapi perlahan-lahan saya belajar, khususnya di Selandia Baru, saya pikir kita memiliki budaya yang begitu beragam. Orang-orang sangat terbuka untuk mempelajari suara-suara baru,” pungkasnya.
(Susi Susanti)