RUSIA - Rusia menyalahkan Amerika Serikat (AS) dan berjanji akan memberikan konsekuensi atau balasan atas serangan rudal Ukraina terhadap Sevastopol di wilayah pendudukan Krimea pada Minggu (23/6/2024). Serangan ini menewaskan empat orang termasuk dua anak-anak.
Sekitar 150 orang lainnya terluka dalam serangan itu ketika puing-puing rudal berjatuhan di pantai terdekat.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan rudal yang digunakan oleh Ukraina adalah rudal ATACMS yang dipasok AS, dan mengklaim bahwa rudal tersebut diprogram oleh spesialis AS.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menyebut serangan itu biadab dan menuduh AS membunuh anak-anak Rusia.
Dia merujuk pada komentar Presiden Vladimir Putin, yang baru-baru ini berjanji akan menargetkan negara-negara yang memasok senjata ke Ukraina.
Moskow mengatakan kematian dan cedera pada Minggu (23/6/2024) disebabkan oleh puing-puing yang berjatuhan, setelah pertahanan udaranya di Krimea mencegat lima rudal yang memuat hulu ledak cluster yang diluncurkan oleh pasukan Ukraina.
Rekaman yang disiarkan di TV pemerintah Rusia menunjukkan kekacauan di pantai di daerah Uchkuyevka, ketika orang-orang lari dari puing-puing yang berjatuhan dan beberapa orang yang terluka dibawa ke kursi berjemur.
Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim pada Minggu (23/6/2024) bahwa semua rudal ATACMS diprogram oleh spesialis Amerika dan dipandu oleh satelit Amerika.
Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov mengulangi klaim tersebut dalam pertemuan di Minsk pada Senin (24/6/2024), dengan mengatakan bahwa sistem tersebut tidak dapat digunakan tanpa partisipasi langsung dari militer Amerika, termasuk kemampuan satelit.
AS diketahui telah memasok rudal ATACMS ke Ukraina selama lebih dari setahun. Sistem ini memungkinkan pasukan Ukraina untuk menyerang sasaran hingga 300 km (186 mil) jauhnya, menurut produsen Lockheed Martin.
Moskow secara ilegal mencaplok Krimea pada tahun 2014 dan hanya segelintir negara yang mengakui semenanjung itu sebagai wilayah Rusia. Oleh karena itu, hal ini tidak termasuk dalam tuntutan AS agar Ukraina menahan diri dari menggunakan senjata yang dipasok Washington untuk menyerang wilayah Rusia.
“Ukraina membuat keputusan sendiri mengenai sasarannya dan melakukan operasi militernya sendiri,” terang juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih kepada BBC.
Namun Peskov mengatakan kepada wartawan di Moskow pada Senin (24/6/2024) bahwa keterlibatan Amerika Serikat, keterlibatan langsung, yang mengakibatkan terbunuhnya warga sipil Rusia, tidak dapat dibiarkan tanpa konsekuensi.
“Waktu akan menentukan apa yang akan terjadi,” tambahnya.
Kementerian luar negeri Rusia memanggil Duta Besar AS Lynne Tracy pada Senin (24/6/2024), dan Lavrov mengklaim bahwa keterlibatan AS dalam serangan itu tidak diragukan lagi.
Moskow telah berulang kali mengancam akan menargetkan negara-negara yang memasok senjata ke Ukraina, mengklaim bahwa negara-negara tersebut adalah sasaran militer yang sah.
Awal bulan ini, Putin berjanji untuk menargetkan negara-negara yang mempersenjatai Ukraina dalam pertemuan dengan kantor berita internasional.
“Jika seseorang berpikir bahwa mungkin untuk memasok senjata semacam itu ke zona perang untuk menyerang wilayah kita dan menimbulkan masalah bagi kita, mengapa kita tidak mempunyai hak untuk memasok senjata dengan kelas yang sama ke wilayah di dunia di mana akan terjadi serangan. pada fasilitas sensitif negara-negara (Barat) itu?,” ungkapnya. dia berkata.
Para pejabat Ukraina membela serangan tersebut setelah serangan tersebut, dan menyebut Krimea sebagai target yang sah.
Mykhailo Podolyak, pembantu utama Presiden Volodymyr Zelensky, mengatakan semenanjung itu pada dasarnya adalah sebuah kamp militer besar yang katanya menampung ratusan sasaran militer langsung, yang dengan sinis Rusia coba sembunyikan dan tutupi dengan warga sipil mereka sendiri.
Misi pemantauan hak asasi manusia PBB di Ukraina mengatakan setidaknya 10.000 warga sipil telah terbunuh sejak Rusia menginvasi pada Februari 2022. Angka sebenarnya kemungkinan besar jauh lebih tinggi.
(Susi Susanti)