PARIS – Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Selasa (2/7/2024) mendesak pemimpin Israel Benjamin Netanyahu untuk mencegah ‘kebakaran besar’ antara Israel dan militan Hizbullah di Lebanon. Hal ini disampaikan Macron melalui panggilan telepon antara kedua pemimpin tersebut.
“Macron menegaskan kembali keprihatinannya yang serius atas meningkatnya ketegangan antara Hizbullah dan Israel dan menggarisbawahi kebutuhan mutlak untuk mencegah kebakaran besar yang akan merugikan kepentingan Lebanon dan juga Israel,” terang kepresidenan Prancis dalam sebuah pernyataan, dikutip Reuters.
Dia juga menekankan pentingnya semua pihak untuk bergerak cepat menuju solusi diplomatik untuk mengakhiri konflik yang dipicu oleh serangan militan Hamas di Gaza pada 7 Oktober terhadap Israel.
“Kedua pemimpin membahas upaya diplomatik yang sedang dilakukan untuk mengatasi hal ini,” kata Istana Elysee, menjelang kunjungan utusan Amerika Serikat (AS) untuk konflik tersebut, Amos Hochstein, ke Paris pada Rabu (3/7/2024).
Hochstein dijadwalkan bertemu dengan utusan Macron untuk Lebanon Jean-Yves Le Drian setelah kunjungan ke Israel dan Lebanon pada bulan Juni untuk mencoba mengamankan gencatan senjata di Gaza.
“Macron juga meminta Netanyahu untuk menahan diri dari operasi baru apa pun di Gaza dekat Rafah atau Khan Yunis, yang hanya akan memperburuk jumlah korban jiwa dan situasi kemanusiaan yang sudah menjadi bencana,” lanjut Elysee.
Tentara Israel pada Senin (1/7/2024) memerintahkan evakuasi di sebagian besar wilayah timur Khan Yunis dan Rafah di sepanjang perbatasan Mesir.
Mereka tidak secara eksplisit mengumumkan operasi militer, namun perintah semacam itu biasanya dilakukan sebelum serangan besar.
Pengumuman tersebut memicu eksodus massal warga Palestina dari wilayah selatan Gaza pada Selasa (2/7/2024) ketika pasukan Israel melancarkan serangan mematikan dan bentrok dengan militan.