NEW YORK - Dua belas mantan pejabat pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden yang mengundurkan diri karena kebijakan mengenai Israel dan perang Gaza mengatakan tindakan pemerintah telah membahayakan keamanan nasional AS.
Dalam pernyataan bersama, mereka mengatakan kebijakan-kebijakan tersebut semakin mengacaukan stabilitas kawasan dan menargetkan Amerika.
Salah satu dari 12 orang tersebut mengundurkan diri pada Selasa (2/7/2024) dari Departemen Dalam Negeri AS.
Departemen Luar Negeri AS sebelumnya membantah klaim tersebut, merujuk pada kritiknya terhadap korban sipil di Gaza dan upayanya untuk meningkatkan bantuan kemanusiaan.
"Perlindungan diplomatik Amerika dan aliran senjata yang terus menerus ke Israel telah memastikan keterlibatan kami yang tidak dapat disangkal dalam pembunuhan dan kelaparan yang memaksa penduduk Palestina yang terkepung di Gaza,” bunyi pernyataan bersama yang dikeluarkan oleh para mantan pejabat tersebut, dikutip BBC.
Ini bukan pernyataan pertama yang dikeluarkan oleh mantan pejabat, namun muncul bersamaan dengan pengunduran diri terbaru dari pemerintahan Maryam Hassanein, asisten khusus di Departemen Dalam Negeri AS. Dia juga menandatangani pernyataan itu.
Para mantan pejabat tersebut menuduh pemerintah AS berpegang teguh pada kebijakan yang gagal yang tidak hanya berdampak buruk bagi rakyat Palestina namun juga membahayakan warga Israel, menghambat kebebasan berpendapat dan melemahkan kredibilitas AS atas komitmennya terhadap tatanan internasional yang berdasarkan aturan.
Pernyataan bersama tersebut mengatakan bahwa transfer senjata yang sedang berlangsung ke Israel meskipun ada tindakan di Gaza telah semakin mengganggu stabilitas Timur Tengah dan menjadi sasaran di pihak Amerika.
“Kepentingan politik dan ekonomi negara kita di kawasan ini juga telah sangat dirugikan, sementara kredibilitas AS telah sangat diremehkan di seluruh dunia pada saat kita sangat membutuhkannya, ketika dunia sedang memasuki era baru persaingan strategis,” kata pernyataan tersebut.