UKRAINA - Dalam beberapa bulan terakhir, tentara Ukraina harus berusaha menahan pasukan Rusia di sepanjang garis depan yang sangat panjang di bagian timur negara itu. Kota Kharkiv dan daerah sekitarnya terus mengalami serangan ketika pasukan Rusia berusaha memperoleh keuntungan di wilayah tersebut.
Ukraina berharap upaya militernya akan diperkuat dengan kedatangan pesawat F-16 yang dijanjikan sekutunya pada musim panas ini. Namun Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky membenarkan bahwa Ukraina belum menerima pesawat tempur itu.
“Sudah 18 bulan berlalu dan pesawat belum mencapai kami,” katanya, seraya bersyukur atas apa yang telah diberikan kepada Ukraina.
Namun dia menekankan bahwa jet tempur baru sangat penting untuk membantu Ukraina melawan dominasi udara Rusia dan membuka penghalang udara.
Dengan perang yang terus berlanjut selama lebih dari dua tahun tanpa terlihat berakhir, timbul pertanyaan apakah mungkin ada solusi yang bisa dinegosiasikan.
Bulan lalu, Swiss menjadi tuan rumah pertemuan puncak perdamaian Ukraina namun Rusia tidak diundang. Zelensky sejak itu mengatakan bahwa Rusia harus menghadiri pertemuan puncak perdamaian kedua yang dijadwalkan pada November mendatang.
Dia mengatakan kepada BBC bahwa seluruh dunia perlu memberikan tekanan pada Rusia untuk membujuknya agar duduk dan mempertimbangkan untuk mengakhiri perang.
“Ini tidak berarti bahwa semua wilayah direbut kembali dengan kekerasan. Saya pikir kekuatan diplomasi dapat membantu,” ujarnya.
Dia menambahkan bahwa Rusia yang lebih lemah di medan perang akan menempatkan Ukraina pada posisi yang lebih kuat di meja perundingan.
“Dengan memberikan tekanan pada Rusia, saya pikir adalah mungkin untuk menyetujui penyelesaian diplomatic,” ungkapnya.
Zelensky telah menjadi pemimpin Ukraina sejak 2019 dan selama invasi besar-besaran Rusia. Meskipun pemilu dijadwalkan tahun ini, konstitusi Ukraina mengesampingkan pemungutan suara selama masa darurat militer.
Presiden mengatakan kepada BBC bahwa dia memang membayangkan suatu saat ketika dia akan mengundurkan diri sebagai presiden.
“Tetapi tidak sampai perang selesai,” tegasnya.
(Susi Susanti)