KATHMANDU - Keluarga 18 korban tewas dalam kecelakaan pesawat di Nepal belum mendengar kabar dari pemerintah atau maskapai penerbangan tentang kemungkinan penyebab bencana tersebut. Hal ini diungkapkan mereka sehari setelah jet kecil itu jatuh saat lepas landas di bandara di Kathmandu, ibu kota negara itu.
Karena itu, pihak keluarga korban meminta jawaban atas apa yang terjadi dalam kecelakaan pesawat tersebut.
Insiden tersebut menyoroti catatan buruk negara pegunungan dan terkurung daratan itu dalam hal keselamatan udara, dengan hampir 360 orang tewas sejak tahun 2000 dalam kecelakaan pesawat dan helikopter.
Pesawat CRJ-200 berpenumpang 50 orang yang jatuh minggu ini dioperasikan oleh Saurya Airlines, dan mengangkut 15 teknisi, dua awak, dan dua keluarga teknisi ke pusat kota Pokhara, tempat pesawat itu dijadwalkan untuk perawatan rutin.
Hanya kapten yang selamat setelah pesawat jatuh di ladang di samping landasan pacu dan terbakar.
"Tidak seorang pun menghubungi kami," kata Krishna Bahadur Magar, seorang kerabat Nava Raj Ale yang merupakan petugas penanganan darat di Saurya dan meninggal dalam kecelakaan itu.
"Kerabat kami adalah anggota keluarga Saurya Airlines. Mengapa maskapai penerbangan itu sekarang bersikap seolah-olah mereka tidak peduli padanya?,” lanjutnya.
Magar termasuk di antara puluhan orang yang berkerumun di gang sempit di luar unit forensik Rumah Sakit Pendidikan Universitas Tribhuvan di Kathmandu pada Kamis (25/7/2024), menunggu pihak berwenang untuk melepaskan jenazah korban.
Beberapa mengatakan dokter telah memberi tahu mereka bahwa mereka tidak akan menerima jenazah orang yang mereka cintai sebelum Sabtu (27/7/202%). Sedangkan jenazah yang hangus tak dapat dikenali itu akan memerlukan tes DNA untuk diidentifikasi, sebuah proses yang dapat memakan waktu dua minggu.
“Keluarga korban merasa seolah-olah pejabat Saurya sengaja bersembunyi dari mereka,” kata Jageswar Giri, yang saudara iparnya, Uddhab Puri, meninggal dalam kecelakaan itu.
"Kami ingin tahu masalah teknis apa yang dihadapi pesawat itu, mengapa begitu banyak orang berada di dalamnya kemarin, dan mengapa diputuskan bahwa pekerjaan perawatan akan dilakukan di Pokhara, bukan di Kathmandu, tempat pesawat itu dilarang terbang," lanjutnya.
Pejabat dari Otoritas Penerbangan Sipil Nepal (CAAN) mengatakan pesawat itu dikirim ke Pokhara karena bandara barunya dilengkapi dengan hanggar perawatan pesawat.
Menanggapi pertanyaan keluarga, regulator mengatakan bahwa merupakan tanggung jawab maskapai untuk berkoordinasi dengan mereka.
"Itu bukan penerbangan penumpang," kata juru bicara CAAN Gyanendra Bhul.
"Saurya Airlines secara resmi mengatakan semua orang di dalam pesawat itu adalah staf mereka, jadi mereka harus berkoordinasi dengan anggota keluarga,” lanjutnya.
Maskapai itu tidak menanggapi panggilan telepon dan pesan dari Reuters yang meminta komentar.
Sebuah tim pemerintah yang dibentuk pada Rabu (25/7/2024) untuk menyelidiki kecelakaan itu akan menyerahkan laporan dalam waktu 45 hari.
Seperti diketahui, kecelakaan terburuk di Nepal terjadi pada tahun 1992 yang menewaskan 167 orang. Januari lalu, 72 orang tewas ketika pesawat Yeti Airlines jatuh sesaat sebelum mendarat di Pokhara.
(Susi Susanti)