JAKARTA - Suasana haru menyertai pelaksanaan sholat gaib berjamaah atas wafatnya Pemimpin Hamas, Ismail Abdul Salam Haniyeh, Jumat (2/8/2024) di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat. Ratusan jamaah mengikuti sholat dengan Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar.
Hadir dalam kesempatan tersebut Dubes Palestina untuk Indonesia, Zuhair bersama ratusan jamaah yang melaksanaan sholat dengan khusyuk dan haru. Usai menjalani sholat gaib, Nasaruddin Umar memanjatkan doa agar Palestina diberikan kemerdekaan.
"Kami sangat berterima kasih atas sikap dari masyarakat Indonesia yang kami banggakan dan insya Allah terus bersama memerdekakan kemerdekaan Palestina," kata Zuhair dalam sambutannya di depan jamaah.
Selain Dubes Palestina, Duta Besar Iran, Mohammad Boroujerdi mengatakan juga ikut melaksanaan sholat gaib. Dia mengatakan bahwa tindakan pembunuhan yang dilakukan terhadap Ismail Haniyeh makin memperlihatkan wajah jahat rezim Zionis kepada dunia.
Menurut Boroujerd, pembunuhan syahid Ismail Haniyeh oleh rezim Zionis adalah bukti lain dari sifat teroris, agresif, pelanggar hukum dan kriminal dari rezim pendudukan Al-Quds.
"Aksi teroris ini tidak hanya melanggar prinsip dan aturan hukum internasional dan Piagam PBB; melainkan hal ini dianggap sebagai ancaman serius terhadap perdamaian serta keamanan regional dan internasional," tegasnya.
Peti mati pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh, yang tewas dalam serangan di Teheran tiba pada Kamis (1/8/2024) malam di Doha, Qatar, setelah prosesi pemakaman di Iran.
Haniyeh, yang tinggal di vinil di negara Teluk tersebut bersama anggota lain dari kantor politik kelompok Palestina tersebut, akan dimakamkan di Qatar pada Jumat (2/8/2024) setelah salat di Masjid Imam Muhammad bin Abdul Wahhab, masjid terbesar di Doha.
Prosesi pemakaman Haniyeh diadakan di Teheran, dengan salat yang dipimpin oleh Ayatollah Ali Khamenei. Sementara itu, pimpinan Hizbullah Lebanon Hassan Nasrallah berjanji pada Kamis (1/8/2024) untuk menanggapi pembunuhan Haniyeh oleh Israel. Dia menegaskan bahwa musuh bebuyutannya selama puluhan tahun telah "melewati batas merah."
(Maruf El Rumi)