TEHRAN - Pemerintahan Turki berencana memperkuat sistem pertahanan udara mereka Steel Dome yang diklaim lebih canggih dari dari Iron Dome milik Israel. Langkah itu diambil melihat situasi dan kondisi geopolitik di kawasan yang terus memanas.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, sektor pertahanan Turki sedang berfokus pada percepatan penyelesaian sistem pertahanan udara nasional, yang akan mencakup mekanisme pertahanan udara jarak pendek, menengah, dan jauh.
Sistem ini dirancang melindungi wilayah udara Turki dari berbagai ancaman, termasuk rudal balistik, pesawat nirawak, dan pesawat terbang tak dikenal. Sistem pertahanan rudal dalam negeri yang dikembangkan kontraktor pertahanan Turki, Aselsan dan Roketsan, yang disebut HISAR.
Dikutip dari middleeastmonitor, baru baru ini Turki mengembangkan series terbaru HISAR, HİSAR-O+. Teknologi ini merupakan versi sistem jarak menengah, dan telah sukses menyelesaikan uji coba dan diharapkan akan beroperasi penuh pada tahun 2025.
Sistem jarak menengah ini dilengkapi dengan HİSAR-A+ (jarak pendek) dan sistem jarak jauh Siper, yang saat ini sedang dalam tahap pengembangan lanjutan. “Perisai pertahanan udara yang mandiri sangat penting bagi kedaulatan Turki, terutama mengingat situasi keamanan global saat ini,” kata Menteri Pertahanan Turki, Yasar Guler, Kamis (12/9).
Guler menekankan perlunya Turki mengurangi ketergantungannya pada sistem pertahanan asing, seperti S-400 buatan Rusia, yang telah menyebabkan ketegangan dengan sekutu NATO, khususnya Amerika Serikat.
"Steel Dome, yang dapat kita sebut sebagai 'sistem dari sistem', akan menghilangkan segala jenis ancaman di wilayah udara kita di semua ketinggian dan jangkauan. Ini akan menambah kekuatan bagi Angkatan Bersenjata kita yang heroik," tulis CEO Aselsan Ahmet Akyol di akun media sosial X.
Steel Dome Turki ini diklaim lebih canggih dibandingkan Iron Dome milik Israel yang sangat terkenal. Steel Dome merupakan sistem pertahanan udara yang berpusat pada jaringan dan dilengkapi dengan fitur kecerdasan buatan. Teknologi ini diharapkan dapat melindungi seluruh wilayah udara Turki dari ancaman "ketinggian sangat rendah hingga ketinggian sangat tinggi" dan "jarak sangat pendek hingga jarak jauh", menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh Presidensi Industri Pertahanan (SSB) pemerintah.
Sedangkan Iron Dome milik Israel hanyalah satu dari tiga lapis pertahanan udara; "Steel Dome adalah arsitektur berlapis pertahanan udara dan rudal yang dilengkapi dengan sistem peperangan elektronik, ujar Pakar pertahanan Turki Can Kasapoglu, kepada Breaking Defense.
Iron dome selama ini identik dengan pertahana Israel atau yang dikenal dengan nama kubah besi. Iron dome ini dikembangkan perusahaan milik Israel, Rafael Advanced Defence Systems dengan dukungan penuh dari Amerika Serikat.
Iron Dome Israel ini merupakan sistem pertahanan udara yang digunakan Israel untuk mencegat dan menghancurkan roket jarak pendek, peluru artileri, dan mortir yang diluncurkan dari jarak hingga 72 kilometer untuk melindungi wilayah sipil yang berada di jalur proyektil tersebut.
Pengembangan Iron Dome dimulai pada Januari 2008 dan hampir selesai hanya dalam waktu dua setengah tahun. Sistem ini menggunakan pencegat unik dengan hulu ledak khusus yang meledakkan target apa pun di udara dalam hitungan detik.
Sistem Iron Dome terdiri dari tiga elemen dasar, yaitu deteksi dan pelacakan radar, manajemen pertempuran, dan sistem kontrol senjata (BMC). Unit penembak rudal (MFU) dengan 20 rudal yang siap ditembakkan dari peluncur kontainer (tiga peluncur untuk satu baterai).
Sistem radar EL/M-2084 dikembangkan oleh perusahaan pertahanan Israel, Elta. Sistem kontrol dikembangkan oleh perusahaan perangkat lunak Israel mPrest Systems, yang dipekerjakan oleh Rafael.
(Maruf El Rumi)