Trump menilai Musk sebagai kandidat ideal untuk posisi "sekretaris penghematan biaya” di kabinetnya. Dalam peran ini, Musk diharapkan dapat memimpin inisiatif pemotongan biaya besar-besaran dalam pemerintahan dengan menghilangkan birokrasi yang berlebihan, mengurangi regulasi yang dianggap tidak perlu, dan memangkas pengeluaran federal yang dianggap boros. Trump meyakini bahwa Musk akan membawa pendekatan efisiensi berbasis kewirausahaan, yang diharapkan mampu menciptakan perubahan struktural besar pada pemerintahan.
Elon Musk berhasil menarik perhatian dan dukungan dari generasi pria muda Amerika dengan memposisikan dirinya sebagai sosok "anti-arus utama" dan “alpha male” yang tidak takut melawan norma sosial. Sikap ini menarik bagi para pria muda yang merasa terpinggirkan oleh gerakan sosial modern seperti #MeToo dan kampanye anti-"toxic masculinity," yang kerap dianggap membatasi atau mengkritik maskulinitas tradisional. Musk mencitrakan dirinya sebagai figur yang menolak tunduk pada aturan atau norma arus utama, yang membuatnya menjadi simbol kebebasan dan ekspresi maskulin tanpa batasan.
Karakteristik ini mencerminkan citra yang juga dimiliki oleh Donald Trump, menjadikan keduanya sosok yang dapat disebut sebagai “pembisik kaum muda” dalam strategi kampanye. Dengan gaya yang tegas, tidak konvensional, dan cenderung memberontak terhadap aturan-aturan yang dianggap mengekang, mereka menginspirasi kelompok pria muda yang mencari tokoh panutan di luar mainstream.
Selain itu, dukungan dari tokoh populer seperti Joe Rogan, yang juga memiliki citra maskulin dan dikenal dengan konten-konten yang disukai pria muda, turut membantu memperkuat citra Musk dan Trump di kalangan audiens ini. Rogan secara terbuka mendukung Musk dan Trump, memperluas basis pemilih muda pria yang sejalan dengan gaya dan pandangan mereka.
Hasilnya, melalui New York Times, survei Harvard menyatakan bahwa sekitar 35 persen pria berusia 18-24 tahun menyatakan dukungan untuk Trump, meningkat lima persen dibandingkan survei 2020.
(Rahman Asmardika)