Senapan Berganti Kamera, Jejak Pemburu Jadi Penjaga Nyanyian Alam

Taufik Budi, Jurnalis
Kamis 14 November 2024 22:29 WIB
Pemburu yang kini jadi fotografer burung (Foto: Okezone/Taufik Budi)
Share :

Terancam Punah 

Gunung Ungaran, salah satu lokasi yang kaya akan keanekaragaman hayati, menjadi perhatian utama dalam upaya konservasi. Gunung secara administratif berada di wilayah Kabupaten Semarang dan Kabupaten Kendal ini bukan hanya memiliki keindahan alam, tetapi juga menjadi rumah bagi beberapa spesies langka dan terancam punah, seperti Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) dan Julang Emas (Rhyticeros undulatus). Potensi konservasi Gunung Ungaran semakin diakui, salah satunya dengan penetapannya sebagai Important Bird Area (IBA).

Ketua Gugus Green Techno Park Universitas Negeri Semarang (Unnes), Prof. Dr. Margareta Rahayuningsih, S.Si., M.Si., yang terlibat langsung dalam penelitian dan pengembangan kawasan ini, bercerita mengenai awal mula riset konservasi di Gunung Ungaran. “Pada awalnya, sekira 2010-2011, kami melakukan survei sederhana di Gunung Ungaran, yang ternyata menyimpan berbagai spesies burung langka seperti rangkong dan elang,” ujarnya. Penelitian ini berfokus pada studi ekologi Julang Emas yang ditemukan di sekitar perkebunan teh pada 2011.

Dalam riset tersebut, tim menemukan lebih dari 17 sarang Julang Emas, meski hanya 8 hingga 9 sarang yang aktif digunakan. Tak hanya Julang Emas, penelitian ini juga mencatat keberadaan beberapa jenis elang, termasuk Elang Bido dan Elang Hitam. Penelitian ini kemudian berkembang ke taksa lainnya, seperti mamalia, serangga, hingga herpetofauna (amfibi dan reptil).

“Kami tidak hanya meneliti jenis burung tersebut, tetapi juga mencari tahu pohon apa yang digunakan untuk bersarang dan jenis pakan yang mereka konsumsi,” lanjutnya. 

Pencarian data mengenai satwa langka ini juga mencakup upaya untuk menemukan kembali spesies yang sudah lama tidak terrekam, seperti katak Philautus jacobsoni. Melalui pencarian ini, mereka berharap untuk mengungkap kembali spesies yang mungkin masih ada di kawasan Gunung Ungaran.

Namun, meskipun penelitian ini menghasilkan banyak data berharga, Prof. Margareta dan tim merasa bahwa informasi ini belum cukup tersebar luas ke masyarakat. Sosialisasi ini dimulai dengan mengundang kelompok masyarakat dari berbagai desa penyangga Gunung Ungaran untuk berdiskusi dan mendalami pentingnya menjaga keanekaragaman hayati.

“Kami melihat adanya pemburu satwa liar di sekitar kawasan hutan. Oleh karena itu, pada tahun 2019, kami memulai inisiatif untuk menyosialisasikan hasil penelitian kami kepada masyarakat sekitar,” ungkapnya. 

Prof. Margareta, menjelaskan bahwa hasil monitoring terbaru menunjukkan adanya peningkatan dalam jumlah jenis satwa yang teridentifikasi. "Reptil dan amfibi di Gunung Ungaran mungkin ada sekitar 20 jenis. Untuk serangga, kami menemukan sejumlah jenis seperti kupu-kupu dan sapu yang cukup banyak di sana," ungkap Prof. Margareta.

Selain itu, penelitian tahun ini juga mencatat penemuan baru di dunia mamalia. "Kami baru menemukan satu jenis mamalia baru, yang meskipun kecil seperti tikus, namun memiliki kemampuan terbang. Temuan seperti ini menjadi penting untuk menambah database keanekaragaman hayati di Gunung Ungaran," tambahnya.

Tak hanya satwa, keberagaman tanaman di Gunung Ungaran juga luar biasa. Prof. Margareta menyebutkan bahwa kawasan ini memiliki sekitar 200 hingga 300 spesies tanaman, dengan lebih dari 100 spesies anggrek saja. 

"Anggrek di Gunung Ungaran tercatat sekitar 113 spesies. Belum lagi tanaman lain, baik yang berupa rumput-rumput hingga pohon, yang jumlahnya hampir mencapai 200 hingga 300 spesies," terang Prof. Margareta.

 

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya