Ketika Jayanagara menjadi raja pasca Raden Wijaya mangkat, tak seorang pun tahu kepada siapa Jayanagara muda harus meminta nasehat. Sebab ia tak pernah dekat dengan ayahnya, meski sangat berbakti dengan ibunya yang bernama Dyah Petak. Bahkan Dyah Petak yang merupakan putri Melati ini begitu memanjakannya sejak kecil.
Setelah ibunya meninggal, ia tak pernah dekat dengan ibu tirinya Tribhuwana, yang juga tak disukainya karena perempuan itu berusaha menumbuhkan disiplin dan tanggungjawab moral dalam diri Jayanagara.
Tapi di sisi lain, Jayanagara muda punya sifat yang mengesankan. Ia terkenal pemberani dan seroang ahli strategi perang. Sosoknya juga gemar dan jago berkelahi. Bahkan konon ia sangat menikmati ketika berada di tengah para prajuritnya dan di medan pertempuran.
Tampaknya keahlian ini membuat kedudukannya cukup stabil pada masa awal-awal jabatannya. Bahkan ia berhasil menumpas satu demi satu pemberontakan. Menurut beberapa sumber, terjadi sebanyak 12 kali pemberontakan, meskipun jumlah sesungguhnya sulit dipastikan.
(Angkasa Yudhistira)