Kisah Mantan Petinggi JI: Ditangkap Selepas Tarawih, Bertaubat Usai Sering Curhat

Eka Setiawan , Jurnalis
Rabu 12 Februari 2025 20:43 WIB
Mantan Petinggi Jamaah Islamiyah
Share :

Pada perjalanan pemberkasan pidananya, Hadi mengaku menemukan sesuatu yang tidak disangkanya.

“Ada moment sharing dengan penyidik Densus, saat itu pangkatnya AKP, saat kasusnya sudah P19, beliau (penyidik Densus) lebih banyak mengajak sharing,” sambung Hadi Masykur.

Adanya penyidik yang sering mengajaknya bertukar cerita, menurut Hadi Masykur, adalah salah satu yang berdampak betul membuka pikirannya, menyadari kesalahan tergelincir ke lingkaran kelompok teror

Dia kemudian divonis 3,5tahun penjara. Perjalanannya mulai dari penahanan dengan status tersangka hingga narapidana, dia juga menemukan hal-hal baru yang membuatnya banyak berubah. Salah satunya ketika ditangkap, ada 18 orang lain dari Jateng yang juga ikut ditangkap, kemudian satu sel.

“Ada salah satu (tersangka terorisme) yang tubuhnya penuh tato, dalam hati saya, bertato begini kok mau mendirikan negara? Saya ajak komunikasi, ternyata memang sudah ada bibit kebencian dulu kepada negara (sebelum akhirnya menjadi teroris),” ceritanya.

Setelah selesai menjalani pidananya, Hadi Masykur kembali ke pemahaman moderat. Termasuk ketika tampil sebagai narasumber di Ponpes Baitussalam Semarang itu, tempat di mana dia pernah menjadi pengajar di sana. Hadi Masykur mengibaratkan seperti lagu Yogyakarta yang dipopulerkan Kla Project.

“Seperti “pulang ke kotamu” (dinyanyikannya). Dulu, kami meyakini kelompokku yang paling benar tentang apa yang diajarkan Baginda Rasulullah SAW. (akhirnya menyadari) kita tidak boleh merasa kita yang paling benar. Mungkin kalau bapak-bapak, beliau dari Densus datang ke sini tahun 2020, mungkin tidak ada foto Presiden dan Wapres yang dipasang, sekarang sudah berubah,” bebernya yang mengaku sempat ke Suriah pada tahun 2012 – 2013 silam saat masih bergabung JI.

Sementara, AKBP Goentoro Wisnoe dari Densus 88 menyebut pihaknya memang saat ini tengah mengubah strategi yakni pendekatan humanis yang setelah dianalisa dan evaluasi, lebih efektif untuk menangani terorisme di Indonesia.

“Dua tahun terakhir (2023 – 2024) zero attack serangan teror, tidak ada serangan teror, penangkapan (penegakan hukum) juga menurun,” kata Wisnoe. 

(Khafid Mardiyansyah)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya