Menurut laporan tersebut, hampir semua aktivitas ekonomi di Gaza telah berhenti, menyebabkan harga melonjak lebih dari 300% dalam satu tahun, dengan harga pangan saja melonjak hingga 450%.
Ekonomi Gaza diperkirakan akan berkontraksi sebesar 83% pada 2024, mengurangi kontribusinya terhadap ekonomi Palestina menjadi hanya 3%, meskipun menjadi rumah bagi 40% populasi, katanya, seraya menambahkan bahwa Tepi Barat juga menghadapi kesulitan ekonomi, dengan proyeksi kontraksi sebesar 16% tahun ini.
Perjanjian gencatan senjata antara fraksi perlawanan Israel dan Palestina mulai berlaku di Gaza pada tanggal 19 Januari, menghentikan perang genosida Israel, yang telah menewaskan hampir 48.300 warga Palestina, kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak, dan meninggalkan daerah kantong itu dalam reruntuhan.
November lalu, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di daerah kantong itu.
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah mengumumkan usulan untuk "mengambil alih" Gaza dan memukimkan kembali penduduk Palestina untuk mengembangkannya menjadi apa yang disebutnya "Riviera Timur Tengah," sebuah gagasan yang ditolak keras oleh Palestina, negara-negara Arab, dan banyak negara Barat, yang mengatakan hal itu sama saja dengan pembersihan etnis.