JAKARTA - Laporan gabungan oleh Bank Dunia, PBB, dan Uni Eropa memperkirakan bahwa pembangunan kembali Jalur Gaza akan membutuhkan dana sebesar setidaknya USD53,2 miliar (sekira Rp867,1 triliun) selama dekade berikutnya. Besarnya dana yang dibutuhkan ini menyoroti dampak ekonomi yang parah akibat perang genosida Israel di daerah kantong Palestina tersebut, demikian dilaporkan Anadolu.
Laporan berjudul “Penilaian Cepat dan Kebutuhan Sementara Gaza dan Tepi Barat (IRDNA)” tersebut merinci kerusakan yang meluas di hampir semua sektor ekonomi Palestina, bersama dengan kebutuhan mendesak untuk pemulihan dan rekonstruksi.
“Kerusakan pada bangunan fisik saja diperkirakan sekira USD30 miliar,” kata laporan tersebut, sebagaimana dilansir Middle East Monitor. Laporan itu juga menambahkan bahwa perumahan sejauh ini merupakan sektor yang paling terpukul, mencakup 53% dari total kerusakan, diikuti oleh perdagangan dan industri sebesar 20%.
Laporan tersebut juga mencatat bahwa kerugian ekonomi akibat berkurangnya produktivitas, hilangnya pendapatan, dan biaya operasional diperkirakan mencapai USD19 miliar, dengan kesehatan, pendidikan, dan perdagangan menanggung dampak terbesar.