ISLAMABAD - Pakistan pada Kamis, (24/4/2025) menutup wilayah udaranya untuk maskapai penerbangan India dan menolak penangguhan perjanjian pembagian air oleh New Delhi. Langkah ini diambil Islamabad sebagai balasan atas tanggapan India terhadap serangan militan mematikan di bagian Kashmir yang dikuasai India.
Pengumuman ini disampaikan Kantor Perdana Menteri Pakistan menyusul pertemuan Komite Keamanan Nasional sehari setelah India menuduh ada unsur lintas batas dalam serangan militan pada Selasa, (22/4/2025) yang menewaskan 26 orang dan melukai 17 lainnya.
Polisi India menerbitkan pemberitahuan yang mencantumkan tiga tersangka militan dan mengatakan dua di antaranya adalah warga Pakistan, tetapi New Delhi belum memberikan bukti apa pun terkait hubungan tersebut atau membagikan rincian lebih lanjut.
Namun, pada Rabu, (23/4/2025) India menurunkan hubungan dengan Pakistan, menangguhkan perjanjian berusia enam dekade mengenai perairan sungai Indus dan menutup satu-satunya jalur darat yang menghubungkan kedua negara tetangga tersebut.
Seperti India, Pakistan mengklaim wilayah Kashmir yang diperintah India dan Pakistan.
"Setiap ancaman terhadap kedaulatan Pakistan dan keamanan rakyatnya akan dihadapi dengan tindakan balasan yang tegas di semua bidang," kata pernyataan Pakistan, sebagaimana dilansir Reuters.
Ditambahkannya bahwa setiap upaya untuk menghentikan atau mengalihkan air milik Pakistan akan dianggap sebagai tindakan perang.
Kelompok militan "Perlawanan Kashmir", yang kurang dikenal mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut melalui pesan media sosial. Kelompok itu menyatakan ketidakpuasannya terhadap lebih dari 85.000 "penduduk luar" yang telah menetap di wilayah tersebut, yang memicu "perubahan demografi."
Badan keamanan India mengatakan Perlawanan Kashmir, juga dikenal sebagai Front Perlawanan, adalah kedok bagi organisasi militan yang berbasis di Pakistan seperti Lashkar-e-Taiba dan Hizbul Mujahideen.
Pakistan membantah tuduhan bahwa pihaknya mendukung kekerasan militan di Kashmir dan mengatakan pihaknya hanya memberikan dukungan moral, politik dan diplomatik terhadap pemberontakan di sana.
(Rahman Asmardika)