WASHINGTON - Gedung Putih pada Kamis (29/5/2025) menyatakan Israel menyetujui usulan gencatan senjata dari Amerika Serikat (AS). Sementara kelompok Hamas masih mempertimbangkan usulan gencatan senjata tersebut.
Media Israel melaporkan, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memberi tahu keluarga sandera yang ditawan di Gaza bahwa Israel telah menerima kesepakatan. Kesepakatan itu disampaikan utusan Timur Tengah Presiden AS Donald Trump, Steve Witkoff.
Melansir Reuters, Jumat (30/5/2025), Kantor Netanyahu tidak mengonfirmasi laporan tersebut. Namun, Juru Bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, mengatakan kepada wartawan di Washington, Israel telah menyetujui usulan tersebut.
Ia tidak merinci isinya. Seorang sumber mengatakan tahap awal dari kesepakatan yang diusulkan akan mencakup gencatan senjata selama 60 hari dan aliran bantuan kemanusiaan ke daerah kantong tersebut.
Kelompok Palestina Hamas mengatakan sedang mempelajari usulan tersebut. Pejabat senior Hamas, Sami Abu Zuhri mengatakan kepada Reuters, pihaknya masih mendiskusikannya.
Namun, Abu Zuhri mengatakan ketentuan-ketentuannya menggemakan posisi Israel dan tidak mengandung komitmen untuk mengakhiri perang, menarik pasukan Israel atau menerima bantuan seperti yang dituntut Hamas.
Perbedaan yang mendalam antara Hamas dan Israel telah menghalangi upaya-upaya sebelumnya untuk memulihkan gencatan senjata yang gagal pada Maret setelah hanya dua bulan.
Israel bersikeras Hamas harus melucuti senjata sepenuhnya dan dibubarkan sebagai kekuatan militer dan pemerintahan. Israel juga ingin semua 58 sandera yang masih ditahan di Gaza harus dikembalikan sebelum setuju untuk mengakhiri perang.
Hamas telah menolak tuntutan untuk menyerahkan senjatanya. Hamas mengatakan Israel harus menarik pasukannya keluar dari Gaza dan berkomitmen untuk mengakhiri perang.
Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF), sebuah kelompok swasta yang didukungAmerika Serikat dan didukung oleh Israel, memperluas distribusi bantuannya ke lokasi ketiga pada hari Kamis.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan kelompok bantuan lainnya mengkritik yayasan tersebut karena dianggap tidak memadai dan cacat. Operasi kelompok tersebut dimulai minggu ini di Gaza. Menurut PBB, 2 juta orang berisiko kelaparan setelah blokade Israel selama 11 minggu terhadap bantuan yang memasuki wilayah kantong tersebut.
Peluncuran bantuan tersebut dirusak pemandangan yang penuh gejolak pada Selasa (27/5/2025) ketika ribuan warga Palestina menyerbu titik-titik distribusi dan memaksa kontraktor keamanan swasta untuk mundur.
Awal operasi yang kacau telah meningkatkan tekanan internasional terhadap Israel untuk mendapatkan lebih banyak makanan dan menghentikan pertempuran di Gaza. GHF sejauh ini telah memasok sekitar 1,8 juta makanan. GHF juga berencana membuka lebih banyak lokasi dalam beberapa minggu mendatang.
Witkoff mengatakan kepada wartawan pada Rabu (28/5/2025), Washington hampir "mengirimkan lembar persyaratan baru" tentang gencatan senjata kepada kedua belah pihak dalam konflik yang telah berkecamuk sejak Oktober 2023.
"Saya memiliki perasaan yang sangat baik tentang mencapai resolusi jangka panjang, gencatan senjata sementara dan resolusi jangka panjang, resolusi damai, dari konflik itu," kata Witkoff saat itu.
Israel telah berada di bawah tekanan internasional yang meningkat. Banyak negara Eropa yang biasanya enggan mengkritiknya secara terbuka menuntut diakhirinya perang dan upaya bantuan besar-besaran.
Israel menyerang Gaza sebagai tanggapan atas tindakan Hamas pada 7 Oktober 2023. Sejak bulan itu, serangan Israel telah menewaskan lebih dari 54.000 warga Palestina, kata pejabat kesehatan Gaza.
(Erha Aprili Ramadhoni)