Sebagai informasi, praktik gelonggongan sangat bertentangan dengan prinsip kesejahteraan hewan serta syariat penyembelihan dalam Islam. Menurut Dosen Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB), IPB University Dr drh Denny Widaya Lukman, praktik gelonggongan sangat menyiksa hewan sebelum disembelih.
Sapi gelonggongan biasanya diminumkan air secara paksa melalui mulut menggunakan selang 1-2 jam sebelum disembelih. Sehingga bobot daging sapi gelonggongan jadi meningkat hingga 20-40 persen.
Ciri-ciri sapi gelonggongan diantaranya perut tampak membesar, tampak lemah, bahkan sampai tidak bisa berdiri. Setelah disembelih, permukaan daging sapi gelonggongan akan tampak basah. Jika digantung, daging gelonggongan juga meneteskan sedikit air kendati sulit dicek secara kasat mata.
Namun, daging gelonggongan sulit diidentifikasi jika sudah dibekukan. Untuk itu, masyarakat disarankan memilih daging dalam kemasan berlabel sehingga kualitasnya lebih terjamin.
Adapun bahaya mengkonsumsi daging sapi gelonggongan, salah satunya berisiko menyebabkan keracunan. Sebab daging sapi gelonggongan memiliki kandungan air tinggi, cepat busuk, dan rentan terkontaminasi patogen, yaitu mikroorganisme seperti virus, bakteri dan jamur yang bisa menyebabkan infeksi dan penyakit.
Oleh karenanya, Daniel mendesak Pemerintah melakukan inspeksi mendadak (sidak) secara masif di lokasi-lokasi penjualan hewan kurban, terutama di titik-titik rawan di kota besar. Ia juga meminta Pemerintah melibatkan dokter hewan dan petugas kesehatan hewan, bukan hanya saat pemotongan tetapi sejak sebelum penjualan dilakukan.