Analisis Badan Geologi soal Tanah Bergerak di Purwakarta, Terjadi saat Curah Hujan di Atas Normal

Agus Warsudi, Jurnalis
Sabtu 21 Juni 2025 01:03 WIB
Analisis Badan Geologi soal Tanah Bergerak di Purwakarta, Terjadi saat Curah Hujan di Atas Normal (Foto : Istimewa)
Share :

BANDUNG - Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menurunkan tim untuk menganalisis kejadian tanah bergerak di Desa Pasirmunjul, Kecamatan Sukatani, Kabupaten Purwakarta. Hasilnya, tanah bergerak di kawasan itu terjadi akibat interaksi kondisi geologi dan curah hujan di atas normal.

Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid AN mengatakan, secara geografis, lokasi bencana tanah bergerak di Kampung Cigintung RT 008/006, Desa Pasirmunjul, Kecamatan Sukatani, Purwakarta, terletak pada koordinat 6,63905° LS dan 107,43468° BT.

Berdasarkan informasi warga, kata Wafid, tanah bergerak pernah terjadi pada 2007. Kemudian mulai teramati bergerak kembali sejak Minggu 20 April 2025 pukul 22.00 WIB. Kemudian berlanjut pada Rabu 23 April 2025 pukul 20.00 WIB dan Senin 19 Mei 2025 pukul 07.00 WIB.

"Saat pemeriksaan dilakukan, pergerakan tanah masih terus berkembang sehingga seluruh warga Kampung Cigintung diungsikan sementara," kata Kepala Badan Geologi.

Muhammad Wafid menyatakan, secara umum, morfologi di lokasi tanah bergerak merupakan daerah perbukitan bergelombang menengah. Daerah bencana berada pada sisi perbukitan yang menghadap ke arah timurlaut dengan kemiringan lereng agak curam, berkisar antara 13 derajat-23 derajat.

Lokasi bencana, ujar Wafid, berada pada ketinggian 363 mdpl. Berdasarkan peta geologi lembar Cianjur (Sudjatmiko, 2003), batuan di lokasi bencana merupakan bagian dari endapan Aluvium Tua (Qoa) yang terdiri atas konglomerat dan pasir sungai yang bersusunan andesit dan basal.

Endapan ini berada di antara Batupasir Tufan dan Konglomerat (Qos) dengan Anggota Napal dan Batupasir Kuarsa Formasi Jatiluhur (Mdm). Endapan Qos terdiri dari batupasir tufan dan konglomerat berasal dari endapan lahar.

"Sementara Mdm terdiri dari napal kelabu tua, batulempung napalan dan serpih lempungan dengan sisipan batu pasir kuarsa, kuarsit, dan batu gamping napalan. Struktur geologi berupa lipatan antiklin berarah barat-timur yang terpotong oleh kelurusan berarah timurlaut–baratdaya," ujar Wafid.

Kepala Badan Geologi menuturkan, struktur tersebut hanya terdapat pada batuan Mdm. Berdasarkan hasil pemeriksaan lapangan, daerah bencana tersusun oleh pasir tufaan, berwarna putih kemerahan, banyak mengandung fragmen andesitik, porositas baik dan permeabel, dalam kondisi kering cenderung bersifat lepas (loose).

"Endapan ini menutupi lapisan serpih lempungan berwarna kelabu tua, lapuk sebagian, berstruktur menyerpih, porositas buruk dan tidak permeabel (kedap), dalam kondisi kering mudah mengelupas sedangkan dalam kondisi basah bersifat plastis dan licin," tuturnya.

 

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya